Kamis, 24 Oktober 2013

UNGKAPAN HATI KARNA HASRAT CINTA

Mengapa kau musti datang? menambah beban hidup yang kelam, tersisih asa yang hilang, aku ingin mati, itupun jika Tuhan menginginkanku, bukan karena kamu yang begitu ku cinta,, tapi karna ku memang harus terluka. sakit ! perih !
tapi kan ku pendam luka ini, agar kau mengerti, betapa tulus rasa cintaku, sampai ku rela mati.. “HANYA KARENA LUKA”
Tak mungkin bisa kutaklukkan megahnya malam.
Dari dulu pagi akan berakhir dengan malam.
Tak mungkin kupungkiri hasrat di jiwa ini,  bahwa aku tengah hampa.
Setelah berjuta asa kupadamkan.dengan rintik-rintik hujan malam ini.
Bergelayut sepinya malam, Kuuntai hasrat bersama kelam.
Mengukir asa hati terdalam, menulis cerita cinta sejuta kalam..
Bersama hembus sang bayu, kuterbangkan angan melepas pilu.
Melabuhkan sejuta rindu. namun hanya kesedihan tak berujung yang menggelayut..
Disini ada rembulan sedang menangis, kemuning jatuh menimpa pasir putih
Sedih kusambut malam sepedih kidung kinanti
Meloloskan diri dari kepungan sepi terjerat pada tikaman dusta
Menderu lukaku tiada tertahankan lagi
Dan kini aku semakin terpuruk..terporosok di jurang yang dalam ..
Tak ada yang membantu dan menyongsongku..untuk keluar menghirup udara malam..
oh Tuhan mengapa jadi seperti ini ?..bukan ini yang kuinginkan..
kekecewaan, kekesalan, kecemburuan..rasa iri, dengki, amarah, nafsu & kebingungan..
melainkan suatu sisi yg indah, saat aku bisa membagi diriku dalam 2 fase yang berbeda..
jika aku telah salah langkah, mohon ingatkan aku..
jangan biarkan aku semakin terpuruk sepi..karna sesungguhnya aku tak tau apa yang harus kulakukan.
.
>>>>>>>>>>>>>>>>> SEKIAN HASRATKU <<<<<<<<<<<<<< 

By S.M

KEBAHAGIAAN SEJATI

Di sebuah pinggir kota sore hari seorang ibu penjaja pecel sedang mengemasi barang dagangannya yang sudah habis. Kemudian datang seorang tukang becak dan membantu mengemasi dan menaikan barang ibu tersebut ke atas becaknya. Kedua orang tua itu adalah seorang suami istri yang setiap hari bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sesampai di rumah sang anak laki-laki tertuanya masih duduk di depan tv, Andi namanya. Andi tampak tenang-tenang saja tidak membantu menurunkan barang-barang dagangan orangtuanya. Andi memang anak satu-satunya.
Baru saja duduk dan beristirahat Andi langsung berbicara, ” Mak, motorku sudah jelek, aku mau ganti yang baru, di sekolah malu sama teman-teman, dan juga motornya sangat boros”. Meskipun mereka kesusahan mereka selalu memperhatikan anak kesayangannnya. “Tunggu sebulan lagi ya nak, nanti bapak dan ibu cari uang tambahan buat beli motormu”.
Hari berganti hari, si bapak bekerja siang dan malam, si ibu bekerja dari pagi sampai sore. Akhirnya sebulan mereka sudah bisa membelikan motor yang agak baru dan bagus untuk dipakai Andi, anaknya.

Begitu seterusnya sampai anaknya lulus kuliah dan bekerja di perusahaan terkemuka. Bapak dan ibu ini masih saja bekerja. Karena si Andi sudah bekerja, maka uang simpanan mereka di tabung. Suatu ketika Andi yang sudah lama bekerja memutuskan untuk berhenti dan membuka usaha baru. Tidak sungkan-sungkan dia meminta tambahan modal usahanya.
Beberapa tahun kemudian Andi sudah menjadi orang sukses. Namun dia selalu lupa untuk menyisihkan sedikit uang kepada orang tuanya. Malah lebih akrab dan sering membantu teman-temannya atau relasi-relasinya dari pada membahagiakan kedua orang tuanya.
Sampai akhirnya satu-persatu orang tuanya meninggal. Andi masih sendiri dan tetap menikmati kekayaannya untuk diri sendiri.
Pada suatu saat Andi bertemu dengan calon istrinya, dan merencakan pernikahan. Semua sudah siap, tinggal waktu pemberkatan Andi kebingungan karena kedua orang tuanya sudah tiada. Sedangkan dia tidak tahu harus meminta kepada siapa untuk mendampingi dia menikah.

Akhirnya dia pulang ke rumahnya, dia bertanya-tanya kepada tetangga sebelah dan menayakan apakah ada mau mendampingi mereka menikah? Tetapi karena tetangga tahu kelakuan Andi, mereka tidak mau. Malah tetangganya memberi tahukan bahwa sebenarnya Andi itu anak angkat .
Tetangga itu bercerita, “Dulu ada orang membuang bayi ke selokan pojok kota. Bapak dan ibu kamu memang sudah lama tidak di karuniai anak, ibu kamu yang setiap pagi berangkat berjualan menemukan kamu, dan akhirnya dirawat. Dulu waktu kecil kamu menderita deman dan sakit tinggi, namun karena dirawat dengan baik akhirnya kamu sekarang menjadi orang yang sehat dan cakep seperti sekarang ini”.
Terkejutlah Andi, ternyata dia sudah begitu tidak mempedulikan kedua orang tua angkatnya yang dari kecil sampai besar sudah membesarkan dan mendidiknya hingga sukses sekarang ini.

Andi menyadari dan merenungkan, apalah arti semua kesuksesan dan kekayaan tersebut. Kalau orang yang kita sayangi tidak bisa ikut merasakan kebahagiaan seperti yang kita rasakan. Jauh lebih besar adalah bisa memberikan rasa sayang dan cinta kepada mereka dari pada memberikan harta dan kekayaan. Karena harta akan sirna ketika kita mati, tapi kasih sayang dan cinta akan tetap ada di hati selamanya, dan apa yang bisa kita perbuat ketika orang-orang yang kita sayangi tetapi kita tidak bisa melakukan balasan apa-apa lagi?
Kekayaan, kesejahteraan, kebahagian akan abadi apabila kita bisa membalas kebaikan mereka yang telah mengasihi kita, karena mereka juga berperan serta dalam proses kesuksesan kehidupan kita ini.

Salam,, semoga bermanfaat bagi kita semua,, Tuhan Memberkati
 
oleh Sam Malo, >>>>sumber: Renungan_harian.com<<<<<

NB : bagikan artikel ini

Rabu, 23 Oktober 2013

AKU MENGGENDONGMU SAPAI AJAL TIBA


http://renungan-harian.com/wp-content/uploads/2011/12/image.jpg 
Suatu malam ketika aku kembali ke rumah, istriku menghidangkan makan malam untukku, sambil memegang tangannya aku berkata, “Saya ingin mengatakan sesuatu kepadamu.” Istriku lalu duduk di samping sambil menemaniku menikmati makan malam dengan tenang. Dari raut wajah dan matanya kutahu dia sedang memendam luka batin yang membara.
Tiba-tiba aku tidak tahu harus memulai percakapan dari mana. Kata-kata rasanya berat keluar dari mulutku. Akan tetapi aku harus membiarkan istriku mengetahui apa yang sedang kupikirkan. Aku ingin sebuah perceraian di antara kami. Aku lalu memberanikan diri untuk membicarakannya dengan tenang. Nampaknya dia tidak terganggu sama sekali dengan pembicaraanku, dia malah balik dan bertanya kepadaku dengan tenang, tapi mengapa?
Aku menolak menjawabnya. Ini membuatnya sungguh marah kepadaku. Dia membuang choptiks di tangannya dan mulai berteriak kepadaku, “Engkau bukan seorang laki-laki sejati.” Malam itu kami tidak saling bertegur sapa. Dia terus menangis dan menangis. Aku tahu bahwa dia ingin mengetahui alasan di balik keinginanku untuk bercerai. Tetapi aku dapat memberinya sebuah jawaban yang memuaskan, “Dia telah menyebabkan kasih sayangku hilang terhadap Jane (wanita simpananku). Aku tidak mencintainya lagi. Aku hanya kasihan kepadanya.”
Dengan sebuah rasa bersalah yang dalam, aku membuat sebuah pernyataan persetujuan untuk bercerai bahwa dia dapat memiliki rumah kami, mobil dan 30% dari keuntungan perusahaan kami. Dia sungguh marah, merobek kertas itu. Wanita yang telah menghabiskan 10 tahun hidupnya bersamaku kini telah menjadi orang asing di rumah kami, khususnya di hatiku. Aku meminta maaf untuknya, untuk waktunya yang telah terbuang selama 10 tahun bersamaku, untuk semua usaha dan energi yang diberikan kepadaku, tapi aku tidak dapat menarik kembali apa yang telah kukatakan kepada Jane bahwa aku sungguh mencintainya. Akhirnya dia menangis dengan suara keras di hadapanku yang mana aku sendiri berharap melihat terjadi padanya. Bagiku tangisannya tidak mempunyai makna apa-apa. Keinginanku untuk bercerai di hati dan pikiranku telah bulat dan aku harus melakukannya saat itu.
Hari berikutnya, ketika aku kembali ke rumah sedikit larut kutemukan dia sedang menulis sesuatu di atas meja di ruang tidur kami. Aku tidak makan malam tapi langsung pergi tidur karena rasa ngantuk yang tak tertahankan akibat rasa capai sesudah seharian bertemu dengan Jane, wanita idamanku saat itu. Ketika terbangun kulihat dia masih duduk di samping meja itu sambil melanjutkan tulisannya. Aku tidak menghiraukannya dan kembali meneruskan tidurku.
Pagi harinya dia menyerahkan syarat-syarat perceraian yang telah ditulisnya sejak semalam kepadaku. Dia tidak menginginkan sesuatupun dariku, tetapi hanya membutuhkan waktu sebulan sebelum perceraian untuk saling memperlakukan sebagai suami-istri dalam arti sebenarnya. Dia memintaku dalam sebulan itu kami berdua harus berjuang untuk hidup normal layaknya suami-istri. Alasannya sangat sederhana, “Putra kami akan menjalani ujian dalam bulan itu sehingga dia tidak ingin mengganggunya dengan rencana perceraian kami.”
Aku menyetujui syarat-syarat yang dia berikan. Akan tetapi dia juga meminta beberapa syarat tambahan sebagai berikut, dalam rentang waktu sebulan itu, aku harus mengingat kembali bagaimana pada permulaan pernikahan kami, aku harus menggendongnya sambil mengenang kembali saat pesta pernikahan kami. Dia memintaku untuk menggendongnya selama sebulan itu dari kamar tidur sampai di muka pintu depan setiap pagi. Aku pikir dia sudah gila. Akan tetapi, biarlah kucoba untuk membuat hari-hari terakhir kami menjadi indah untuk memenuhi permintaannya kepadaku demi meluluskan perceraian kami.
Aku menceritakan kepada Jane (wanita simpananku) tentang syarat-syarat yang ditawarkan oleh istriku. Jane tertawa terbahak-bahak mendengarnya dan berpikir bahwa itu adalah sesuatu yang aneh dan tak bermakna. Terserah saja apa yang menjadi tuntutannya tapi yang pasti dia akan menghadapi perceraian yang telah  kita rencanakan, demikian kata Jane.
Kami tak lagi berhubungan badan layaknya suami-istri selama waktu-waktu itu. Sehingga sewaktu aku menggendongnya keluar menuju pintu rumah kami pada hari pertama, kami tidak merasakan apa-apa. Putra kami melihatnya dan bertepuk tangan dibelakang kami, sambil berkata, “Wow… papa sedang menggendong mama”. Kata-kata putra kami sungguh membuat luka di hatiku.
Dari tempat tidur sampai di pintu depan aku menggendong dan membawanya sambil tangannya memeluk eratku. Dia menutup mata sambil berkata pelan, “Jangan beritahukan perceraian ini kepada putra kita.” Aku  menurunkannya di depan pintu. Dia lalu pergi ke depan rumah untuk menunggu bus yang akan membawanya ke tempat kerjanya. Sedangkan aku mengendarai mobil sendirian ke kantorku.
Pada hari kedua, kami berdua melakukannya dengan lebih mudah. Dia merapat melekat erat di dadaku. Aku dapat mencium dan merasakan keharuman tubuh dan pakaianya. Aku menyadari bahwa aku tidak memperhatikan wanita ini dengan saksama untuk waktu yang sudah agak lama. Aku menyadari bahwa dia tidak muda lagi seperti dulu. Ada bintik-bintik kecil di raut wajahnya, rambutnya mulai beruban! Perkawinan kami telah membuatnya seperti itu. Untuk beberapa menit aku mencoba merenung tentang apa yang telah kuperbuat kepadanya selama perkawinan kami.
Pada hari yang ke empat, ketika aku menggendongnya, aku merasa sebuah perasaan kedekatan/keintiman yang mulai kembali merebak di relung hatiku yang paling dalam. Inilah wanita yang telah memberi dan mengorbankan 10 tahun kehidupannya untukku. Pada hari keenam dan ketujuh, aku mulai menyadari bahwa kedekatan kami sebagai suami-istri mulai tumbuh kembali di hatiku. Aku tidak mau mengatakan perasaan seperti ini kepada Jane (wanita yang akan kunikahi setelah perceraian kami). Aku pikir ini akan lebih baik karena aku hanya ingin memenuhi syarat yang dia minta agar nantinya aku bisa menikah dengan wanita yang sekarang aku cintai, si Jane.
Aku memperhatikan ketika suatu pagi dia sedang memilih pakaian yang hendak dia kenakan. Dia mencoba beberapa darinya tapi tidak menemukan satu pun yang cocok untuk tubuhnya. Dia lalu sedikit mengeluh, semua pakaianku terasa terlalu besar untuk tubuhku sekarang. Aku kemudian menyadari bahwa dia semakin kurus, dan inilah alasannya mengapa aku dapat dengan mudah menggendongnya pada hari-hari itu.
Tiba-tiba kenyataan itu sangat menusuk dalam di hati dan perasaanku. Dia telah memendam banyak luka dan kepahitan hidup di hatinya. Aku lalu mengulurkan tanganku dan menyentuh kepalanya.
Tiba-tiba putra kami muncul pada saat it dan berkata, “Papa, sekarang waktunya untuk menggendong dan membawa mama.” Baginya, menggendong dan membawa ibunya keluar menjadi sesuatu yang penting dalam hidupnya. Istriku mendekati putra kami dan memeluk erat tubuhnya penuh keharuan. Aku memalingkan wajahku ke arah yang berlawanan karena takut situasi istri dan putraku akan mempengaruhi dan mengubah keputusanku untuk bercerai pada saat-saat akhir memenuhi syarat-syaratnya. Aku lalu mengangkatnya dengan kedua tanganku, berjalan dari kamar tidur kami, melalui ruang santai sampai ke pintu depan. Tangannya melingkar erat di leherku dengan lembut dan sangat romantis layaknya suami-istri yang hidupnya penuh kedamaian dan harmonis satu dengan yang lain. Aku pun memeluk erat tubuhnya; dan ini seperti moment hari pernikahan kami 10 tahun yang lalu.
Akan tetapi tubuhnya yang sekarang ringan membuatku sedih. Pada hari terakhir, ketika aku menggendongnya dengan kedua lenganku aku merasa sangat berat untuk menggerakkan  walaupun cuma selangkah ke depan. Putra kami telah pergi ke sekolah. Aku memeluk eratnya sambil berkata, aku tidak pernah memperhatikan selama ini bahwa hidup perkawinan kita telah kehilangan keintiman/keakraban satu dengan yang lain. Aku mengendarai sendiri kendaraan ke kantorku….melompat keluar dari mobilku tanpa mengunci pintunya. Aku sangat takut jangan sampai ada sesuatu yang membuatku mengubah pikiranku. Aku naik ke lantai atas. Jane membuka pintu dan aku berkata kepadanya, “Maaf Jane, Aku tidak ingin menceraikan istriku”.
Jane memandangku penuh tanda tanya bercampur keheranan, dan kemudian menyentuh dahiku dengan jarinya. Apakah badanmu panas? Dia berkata. Aku mengelak dan mengeluarkan tangannya dari dahiku. “Maaf Jane, aku tidak akan bercerai. Hidup perkawinanku terasa membosankan karena dia dan aku tidak memakna secara detail setiap moment kehidupan kami, bukan karena kami tidak saling mencintai satu sama lain. Sekarang aku menyadari bahwa sejak aku menggendong dan membawanya setiap pagi, dan terutama kembali mengingat kenangan hari pernikahan kami aku memutuskan untuk tetap akan menggendongnya sampai hari kematian kami tak terpisahkan satu dari yang lain.” Jane sangat kaget mendengar jawabanku. Dia menamparku dan kemudian membanting pintu dengan keras dan mulai meraung-raung dalam kesedihan bercampur kemarahan terhadapku. Aku tidak menghiraukannya. Aku menuruni tangga dan mengendarai mobilku pergi menjauhinya. Aku singgah di sebuah toko bunga di sepanjang jalan itu, aku memesan bunga untuk istriku. Gadis penjual bunga bertanya apa yang harus kutulis di kartunya. Aku tersenyum dan menulis, “Aku akan menggendongmu setiap pagi sampai kematian menjemput.”
Petang hari ketika aku tiba di rumah, dengan bunga di tanganku, sebuah senyum indah di wajahku, aku berlari kecil menaiki tangga rumahku, hanya untuk bertemu dengan istiriku dan menyerahkan bunga itu sambil merangkulnya untuk memulai sesuatu yang baru dalam perkawinan kami, tapi apa yang kutemukan? Istriku telah meninggal di atas tempat tidur yang telah kami tempati bersama selama 10 tahun pernikahan kami. Istriku telah berjuang melawan kanker ganas yang telah menyerangnya berbulan-bulan tanpa pengetahuanku karena kesibukanku untuk menjalin hubungan asmara dengan Jane. Istriku tahu bahwa dia akan meninggal dalam waktu yang relatif singkat akibat kanker ganas itu, dan ia ingin menyelamatkanku dari apapun pandangan negatif yang mungkin lahir dari putra kami sebagai reaksi atas kebodohanku sebagai seorang suami dan ayah, terutama rencana gila dan bodohku untuk menceraikan wanita yang telah berkorban selama sepuluh tahun mempertahankan pernikahan kami dan demi putra kami…
—-sekurang-kurangnnya, di mata putra kami – aku adalah seorang ayah yang penuh kasih dan sayang….demikianlah makna dibalik perjuangan istriku.
Sekecil apapun dari peristiwa atau hal dalam hidup sangat mempengaruhi hubungan kita. Itu bukan tergantung pada uang di bank, mobil atau kekayaan apapun namanya. Semuanya ini bisa menciptakan peluang untuk menggapai kebahagiaan tapi sangat pasti bahwa mereka tidak bisa memberikan kebahagiaan itu dari diri mereka sendiri. Suami-istrilah yang harus saling memberi demi kebahagiaan itu.
Karena itu, selalu dan selamanya jadilah teman bagi pasanganmu dan buatlah hal-hal yang kecil untuknya yang dapat membangun dan memperkuat hubungan dan keakraban di dalam hidup perkawinanmu. Milikilah sebuah perkawinan yang bahagia. Kamu pasti bisa mendapatkannya, kawan!
Jika engkau mau membagi cerita ini kepada sahabat kenalanmu, maka satu hal yang pasti bahwa Tuhan sedang menggunakanmu untuk  menyelamatkan perkawinan orang lain, terutama mereka yang sekarang mengalami masalah dalam pernikahan mereka.
Salam dan doa seorang sahabat untuk para sahabat yang menikah maupun yang berencana untuk menikah,

NB : dikutip dari sharing seorang pemimpin gereja, semoga memberkati :)


Bagikan Artikel Ini :

CINTANYA TAK PERNAH BERKESUDAHAN


Ada seorang pria yang memiliki kekasih yang sangat dicintainya dengan sepenuh hati. Apapun dilakukan demi menunjukkan rasa cintanya pada permata hatinya ini. Suatu saat, pria ini berkata kepada kekasihnya, “Kekasihku, aku akan memberikan apapun yang kamu minta, asalkan aku menilai hal itu baik buatmu. Karena aku tidak ingin melihat engkau kecewa dengan pilihanmu yang salah”.

Hari demi hari berlalu mengiringi perjalanan cinta mereka. Pria ini tak pernah memalingkan hatinya atau melupakan kekasihnya. Sementara sang wanita merasa berbahagia memiliki pria ini. Hingga suatu hari, wanita ini meminta sesuatu dari kekasihnya. Dia menginginkan sebuah kalung dengan berlian pada liontinnya. Ketika pia ini mendengar permintaan kekasihnya, dia menolak. Dia berkata, “Kekasihku, bukannya aku tidak mau atau tidak bisa membelikanmu kalung itu. Tapi sangat berbahaya bila engkau memakai kalung itu. Bila ada orang yang gelap mata, dia akan merampas kalung itu dan kalau itu terjadi, bukan hanya kamu yang celaka, aku juga akan sangat menderita melihatmu seperti itu. Aku hanya tidak mau kamu mendapat celaka”. Tapi kekasihnya terus meminta kalung itu dan tidak mau mendengar nasehatnya. Akhirnya kalung itu pun dibeli dan dipakai oleh sang wanita.

Selang beberapa hari, apa yang ditakutkan oleh pria ini benar-benar terjadi. Ada 2 orang penjahat yang merampas kalung itu saat kekasihnya sedang mengendarai motor. Kalung itu pun terampas dan wanita ini terjatuh dari motornya. Mendengar berita ini, si pria langsung menemui kekasihnya, membawanya pulang dan mengobati lukanya. Dengan menangis, pria ini berkata, “Mengapa engkau tidak mau menuruti kata-kataku? Engkau mendapat celaka seperti ini, aku merasa sepuluh kali lebih sakit daripadamu”. Wanita ini menangis, dia menyesal dan berkata, “Maafkan aku, aku bersalah padamu karena tidak mendengar perkataanmu dan menuruti keinginanku sendiri. Aku menyesal. Maukah engkau memaafkan aku?”. Dengan penuh cinta kasih pria ini memeluk kekasihnya dan berkata, “Aku memaafkanmu sejak tadi. Aku bahagia karena aku bisa memelukmu dalam keadaan engkau masih hidup. Mulai sekarang, turutilah perkataanku karena aku tidak pernah akan membiarkanmu celaka”. Kekasihnya mengangguk dan mereka menangis bahagia…


SOBAT.. Bukankah cerita itu mirip dengan hidup kita sehari-hari yang kita lewati bersama TUHAN? Tuhan adalah pria itu dan kita adalah sang wanita. Ketika awal kita mengenal DIA, kita berkobar-kobar dan melalui setiap detik dalam hidup dengan bahagia. Tetapi dengan berjalannya waktu, saat kita menginginkan sesuatu dan memohon padaNYA, seringkali permohonan kita tidak sesuai dengan kehendak TUHAN. Tapi kita terus memaksa dan merengek seperti anak kecil. Saat TUHAN benar-benar mengabulkan permohonan kita, belum tentu itu baik buat kita. Malah bisa-bisa kita kecewa karena menuruti keinginan kita sendiri. Saat itu terjadi, barulah kita ingat padaNYA, kita menyesal dan minta ampun.

Beruntunglah karena kita memiliki ALLAH yang Maha Pengampun. Dia tidak pernah menolak bila kita memohon ampun atas semua kesalahan dan kekerasan hati kita.

TUHAN tidak pernah meninggalkan kita. Tetapi seringkali kita yang meninggalkanNYA. Dan apa yang DIA lakukan? Denga sabar DIA menunggu kita kembali padaNYA.

SOBAT, ingatlah :

Saat kita berhenti melangkah jauh dariNYA, maka DIA tersenyum…
Saat kita menoleh padaNYA, maka DIA tertawa…
Saat kita berbalik padaNYA, maka DIA membuka kedua tanganNYA…
Saat kita melangkah 1 Langkah ke arahNYA, maka DIA akan BERLARI 1000 LANGKAH MENGHAMPIRI KITA….


SUNGGUH CINTA-NYA PADA KITA TAK PERNAH BERKESUDAHAN

sumber: Renungan Harian.com

Jumat, 11 Oktober 2013

Beberapa TIPS Untuk mengntisipasi rasa Kwatir Pada Diri

Rasa khawatir adalah perasaan yang wajar. Ia adalah perasaan terganggu akibat bayangan atau pikiran buruk yang kita buat sendiri, yang belum terjadi pada diri kita atau orang-orang terdekat kita.atau juga  rasa khawatir adalah perasaan tidak nyaman akan kesulitan hidup yang sedang dialami atau yang dibayangkan akan terjadi nanti.

Rasa khawatir ini memang bersumber dari kesadaran diri akan kehidupan yang sedang di jalani, baik dalam keadaan senang maupun susah. Dan semua manusia yang hidup, dengan tingkat kesadaran yang berbeda-beda, setiapnya pasti memiliki rasa khawatir, rasa khawatir yang berlebihan bisa menyiksakan dan menenggelamkan seseorang dalam ketakutan hidup yang berkelanjutan.

Ada juga  efek positif dari rasa khawatir yang cukup yaitu tanda akan kesadaran seseorang akan hidup yang sedang dijalaninya. Rasa khawatir juga bisa membuat seseorang siap dan menyiapkan diri menjalani kehidupan masa depan. Contohnya adalah bila seorang wanita kuatir akan diri tentang pergaulan bebas yang membuat dirinya tergoda atau tergiur, padahal intinya untuk menyikapi itu adala, menahan diri, menjahui hal itu,, berdoa kepada Tuhan.

Apakah yang harus dilakukan bila seseorang sudah terlanjur merasa khawatir terus-menerus?. Jawabannya tentu harus dikendalikan dengan cara-cara terntentu. Apalagi menurut pengetahuan saya, kita sebagai manusia diberi otoritas oleh Tuhan untuk bisa mengendalikannya. dari hawa nafsu, iri hati, dendam, marah, dan sebagainya yang mengakibatkan untuk kita kwatir tentang diri kita.

Beberapa cara mengatasi rasa kwatir:
  1. Kenali rasa khawatir yang kita miliki. Bila ia berlebihan dan tanpa alasan, apalagi hanya bayang-bayangan saja, maka kita harus membuangnya jauh-jauh. 
  2. Jaga kesehatan fisik dengan baik karena di dalam tubuh yang sehat, ada jiwa yang sehat. Tubuh yang sehat bisa mengurangi rasa khawatir yang berlebihan. 
  3. Selalu kaitkan diri kita pada sesuatu yang lebih besar dari diri kita sendiri di alam ini. Kita tidak sendirian, kita punya ikatan dengan keluarga, dengan masa lalu, dengan kawan baru atau lama, dengan ilmu dan informasi, dengan institusi seperti organisasi professional atau masyarakat, dan pastinya yang paling penting adalah mendekatkan diri kepada Tuhan.
  4. Pilihlah kawan-kawan yang bisa memberi energi positif pada diri kita. Orang yang bisa mendukung dan jujur memberi respon akan masalah atau prestasi hidup yang kita raih.
  5. Carilah jawaban konkrit atas setiap masalah yang sedang kita hadapi. Jangan mengambangkan masalah begitu saja, yang bisa jadi malah akan membiarkan rasa khawatir yang sudah ada menjadi berlarut-larut.
  6. Kerjakan sesuatu yang kita anggap baik. Karena kalau kita melakukan sesuatu yang kita anggap tidak baik, kita akan merasa tidak puas akan hari-hari, dan membuat kita merasa tidak nyaman atau tidak berguna.
  7. Beribdah sesuai dengan keyakinan dan kepercayaan kita masing-masing
  8. melakukan hal yang kamu senangi atau yang menjadi hobi kamu.
  9. Jauhilah minuman beralkohol yang sifatnya hanya sementara melepaskan keresahan hat, dan membawa hal negatif, dan hawa nafsu
  10. syukuri dan nikmati hal-hal indah dalam hidupmu.
  11. Hargailah dirimu sendiri karena setiap orang pasti memiliki sesuatu yang dapat di banggakan
Beberapa tips yang saya kutip dari  karya Edward M. Hallowell, M.D. berjudul “Worry”,

NB: "Jangan kwatir akan dirimu sebelum menjalani apa yang kamu inginkan, TUhan bersamamu Selalu"


Renungan Alkitab: Matius 6:25
Janganlah kuatir  akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?

oleh Sam Malo

Kamis, 10 Oktober 2013

Belajar Mencintai Diri Sendiri Untuk mencintai Orang Lain


Kita Lahir dengan dua mata dan dua telinga, tetapi hanya diberi satu mulut,
Karna Mulut adalah senjata yang sangat tajam,
Mulut bisa menyakiti, bisa menggoda, dan banyak hal lainnya yang tidak menyenangkan oleh mulut,
Sehingga ingatlah ketika kita berbicara, dan dengarkanlah sebanyak-banyaknya, sebelum kita bicara.

Kita lahir hanya dengan satu hati, jauh didalam diri kita,
Mengingatkan kita pada penghargaan dan pemberian cinta,
Yang diharapkan berasal dari hati kita yang paling dalam,
Belajarlah untuk mencintai dan menikmati, betapa kita dicintai





Tetapi jangan mengharapkan orang lain untuk mencintai kita, sebelum kita mencintai diri kita sendiri

oleh : Sam Malo

Bersukacitalah karna Natal sudah Dekat

Karna itu hai saudaraku yang kukasih dan kurindukan dalam kristus,
Berdirilh juga dengan teguh dan kuatkanlah imanmu dalam Tuhan
Hai saudara-saudaraku yang kukasihi bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan
Sekali lagi kukatakan, bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan

Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang, Tuhan sudah dekat.
Dan janganlah kuatir tentang apapun juga,
Tetapi nyatakanlah segala hal keinginanmu kepada Allah,
Dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur,,

Damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal 
Akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus

Semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang Sudah didengar, semua yang disebut kebajikan, dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu,,
Apa yang telah kamu pelajari, dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar, 
Dan yang kamu lihat dari padaku, lakukanlah itu, maka allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu.

oleh : Sam Malo




Rabu, 09 Oktober 2013

CINTA SEPERTI LUKISAN

Seperti pelukis memadukan ide dan gerakan tangan meracik warna sehingga tercipta sebuah karya lukisan yang penuh cita rasa yang lahir dari hati yang paling dalam. Begitu pula cinta, Jika cinta itu adalah warna, kuas dan kanvas… maka dua insan berbeda inilah pelukisnya yang akan melukis disebidang kanvas putih. Haruslah jelas lukisan apa yang kan dibuat sehingga bisa saling memberi warna yang membangkitkan rasa bahagia.

Ketika di tengah perjalanan kita bingung harus memberi warna apa, cobalah istirahat sejenak dan bertanya warna apa yang saya inginkan, apakah merah, pink,hijau atau hitam. Sebuah karya yang bagus lahir dari perpaduan warna yang harmonis, jika masing masing warna itu ingin berlomba menunjukan diri maka hasil lukisannya tidak seindah yang diinginkan.

Cinta adalah keselarasan hati yang tercipta dari perbedaan dengan rasa saling melengkapi yang menciptakan harmony jiwa.

==============================

 

 
BEGITU PULA DENGAN KEHIDUPAN SEPERTI LUKISAN

Orang yang BIJAKSANA adalah orang yang dengan hati lapang selalu belajar dari sejarah pengalaman hidupnya. hidup ini bagaikan sebuah KANVAS yang kita LUKIS dengan aneka ragam pengalaman hidup kita bersama Tuhan. aneka warna pun telah menghias dan menyemarakkan hari-hari kita, kadang hitam, kadang putih, kadang abu-abu

kita membingkainya dengan hati bijaksana dan rasa syukur kepadaNya. saatnya kita menilai layak tidaknya lukisan ini dipertontonkan bagi khalayak untuk kemuliaan Tuhan. Kejujuran, Keterbukaan, dan kebesaran hati sangat diperlukan agar lukisan kedepannya lebih baik lagi,

Orang yang bijaksana adalah orang yang menghargai hidup dan kehidupan yang dipercayakan Tuhan kepadanya. Tuhan sangat menghargai setiap orang yang menghargai kepercayaan yang diberikan kepadanya dengan cara mengembangkan potensi hidupnya secara maksimal. Ia akan selalu memperhitungkan setiap kelelahan, usaha, setiap dedikasi, waktu, tenaga dan apapun yang kita Investasikan dalam tugas yang dipercayakanNya. dan sebaliknya Ia sangat mengutuk setiap kemalasan, dan sikap yang tidak bertanggung jawab.

 Mari kita membuka KANVAS yang baru. ambillah kuas dan cat kehidupan serahkan kepada Dia. Biarkan Tuhan yang mulai menggoreskan warna-warna kehidupan itu kedalam setiap pribadi kita.
sehingga ketika tiba waktunya Nanti kita membingkainya dengan Bangga, karena hidup kita telah dilukis oleh Tangan sang Maestro

Master Pelukis kehidupan atas CiptaanNya sendiri

Sebuah Surat Dari Bapa

Anak-Ku…,Saat kau bangun dipagi hari, Aku memandangmu dan berharap engkau akan berbicara kepada-Ku, walaupun hanya sepatah kata, meminta pendapat-Ku atau bersyukur kepada-Ku atas sesuatu hal indah yang terjadi di dalam hidupmu kemarin, tetapi aku melihat engkau begitu sibuk mempersiapkan diri untuk pergi bekerja.
Aku kembali menanti…
Saat engkau sedang bersiap, Aku tahu akan ada sedikit waktu bagimu untuk berhenti dan menyapa-Ku, tetapi engkau terlalu sibuk. Di satu tempat, engkau duduk di sebuah kursi selama lima belas menit tanpa melakukan apapun.
Kemudian Aku melihat engkau menggerakkan kakimu. Aku berpikir engkau ingin berbicara kepada-Ku, tetapi engkau berlari ke telepon dan menelepon seorang teman untuk mendengarkan gosip terbaru. Aku melihatmu ketika engkau pergi bekerja dan Aku menanti dengan sabar sepanjang hari. Dengan semua kegiatanmu, Aku berpikir engkau terlalu sibuk untuk mengucapkan sesuatu kepada-Ku. Sebelum makan siang Aku melihatmu memandang kesekeliling, mungkin engkau merasa malu untuk berbicara kepada-Ku, itulah sebabnya mengapa engkau tidak menundukkan kepalamu. Engkau memandang tiga atau empat meja sekitarmu dan melihat beberapa temanmu berbicara kepada-Ku dengan lembut sebelum mereka makan, tetapi engkau tidak melakukannya.
Tidak apa-apa…
Masih ada waktu yang tersisa, dan Aku berharap engkau akan berbicara kepada-Ku, meskipun saaat engkau pulang ke rumah kelihatannya seakan-akan banyak hal yang harus kau kerjakan. Setelah beberapa hal tersebut selesai engkau kerjakan, engkau menyalakan televisi, Aku tidak tahu apakah kau suka menonton televisi atau tidak, hanya saja engkau selalu ke sana dan menghabiskan banyak waktu setiap hari di depannya, tanpa memikirkan apapun hanya menikmati acara yang ditampilkan.
Kembali Aku menanti dengan sabar saat engkau menonton TV dan menikmati makananmu tetapi kembali kau tidak berbicara kepada-Ku. Saat tidur Kupikir kau merasa terlalu lelah. Setelah mengucapkan selamat malam kepada keluargamu, kau melompat ke tempat tidur dan tertidur tak lama kemudian. Tidak apa-apa karena mungkin engkau tidak menyadari bahwa Aku selalu hadir untukmu. Aku telah bersabar lebih lama dari yang kau sadari. Aku bahkan ingin mengajarkanmu bagaimana bersabar terhadap orang lain. Aku sangat mengasihimu, setiap hari Aku menantikan sepatah kata, doa atau pikiran atau syukur dari hatimu. Baiklah… engkau bangun kembali dan kembali. Aku akan menanti dengan penuh kasih bahwa hari ini kau akan memberi-Ku sedikit waktu. Semoga harimu menyenangkan.....!

Bapamu di Sorga,

TUHAN

sumber: Renungan_Harian.com
 

Teks Terkait (song)

HILANGKAN KEBIASAAN SEDIH KARNA NANTI BEREFEK NEGATIF (ALA BISA KARNA BIASA)

Sedih merupakan hal yang biasa di alami oleh seseorang karena sesuatu hal yang mengakibatkan menangis, berpikir, ataupun membuat diri terdiam. Kesedihan memang membuat kita merasa bahwa didalam diri kita tidak berguna untuk kehidupan. Dengan kesedihan pada awalnya bisa mengakibatkan kita menjadi agresif, namun seiring berjalannya waktu kesedihan bisa membuat kita merasa bahwa diri kita sendiri tidak berguna, sampai menganggap diri kita adalah orang gila.

Beberapa cara untuk menghilangkan sedih:

 

1. Tersenyum

sedih bisa dihilangkan dengan cara tersenyum saat mengingat sesuatu. Hal itu bisa diterapkan bila orang merasa sedih menjadi kebiasaan yang buruk, dan saat rasa ingin mengingat lebih tinggi daripada melupakan, maka untuk membuat orang tersenyum adalah mencari kenangan yang dirasa bisa membangkitkan senyum pada masa lampau. Dengan begitu sesaat setelah perasaan sedih datang, maka hindarilah atau berpindah tempatlah ditempat yang bisa membuat diri sendiri menjadi lebih rileks.

 

2. Hindari Kebiasaan Buruk 

sedih bisa datang kapan saja bila kita melakukan kebiasaan buruk seperti mencacimaki orang lain, berpikir negatif, membuat onar, dan sebagainya. Oleh sebab itu bila ingin menciptakan kesenangan didalam diri sendiri tidak perlu mengacaukan kebiasaan orang lain. Karena kebiasaan adalah salah satu hal yang sukar dihilangkan, namun tetap bisa dicegah dengan cara niat didalam lubuk hati seseorang. pepata mengatakan ala bisa karna biasa.

 

 3. Memaafkan
Jangan malu atau segan untuk memafkan orang lain. Setiap kali kita memafkan orang lain, beban pikiran serta perilaku kita berbubah secara baik dan menghasilkan perubahan sifat yang membuat kita terhindar dari kesedihan. Sehingga senang akan muncul secara bertahap.

 

 4. Mintalah Petunjuk Dari Orang Tua

Orang tua adalah guru pertama yang didatangkan oleh tuhan yang maha esa agar kita bisa belajar dari dunia ini. Dengan meminta petunjuk dari orang tua, secara tidak langsung kita akan mendapatkan cara mengatasi kesedihan kita dengan baik. Bertahap namun bisa terjadi, itulah yang membuat kita sabar dan tenang. Karena didunia ini bisa diciptakan dan diolah dengan baik oleh orang - orang yang memiliki sifat sabar dan tenang.

 

 5. Rasakan Kesenangan

Senang bisa dibuat oleh seseorang karena telah berlebihan dari kesedihan yang dilanda. Mungkin saat kita sedih perasaan menjadi tidak tenang, gelisah, bahkan ingin mengakhiri hidup. Namun bila kita ingat bahwa Tuhan ada disamping kita, maka rasa syukur telah kita miliki. Karena dengan berterima kasih kepada Tuhan yang maha kuasa, maka kita akan mengetahui bila ada orang yang lebih buruk dibanding kita.

 

6. Bentuk Kebiasaan Baru

Kebiasaan bisa membuat kita sedih bila kita tidak mengubahnya ke kebiasaan yang lebih baik. Karena setiap orang selalu memikirkan masa lalu yang membuat masa sekarang dan masa depan menjadi terhambat karenanya. Oleh sebab itu hilangkan kebiasaan lama kepada kebiasaan baru yang membuat perubahan yang baik bagi kita. 

SELAMAT MENCOBA UNTUK MENGHINDARI RASA SEDIH

MENGAKUI KESALAHAN


Menyadari bahwa kita sudah berbuat salah itu tidak sulit.  Biasanya secara otomatis, alat sensor alamiah yaitu hati nurani, akan mulai berbisik perlahan, bahwa something doesn’t smell right. Ada sesuatu yang terasa mengganjal dan sepertinya perasaan hati berubah tidak nyaman.
  Bersyukurlah kalau kita masih bisa merasakan ketidak nyamanan karena sudah berbuat salah. Selamat.. artinya kita manusia yang memiliki hati nurani. Bahaya justru kalau alat sensor ini sudah tidak berfungsi, dan apapaun yang kita lakukan, kita merasa itu sudah paling benar, dan tidak mungkin keliru.

  Mengakui kekurangan dan menyadari kenyataan bahwa kita pernahbisa , dan mungkin akan berbuat salah adalah sama dengan memproklamirkan diri kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling berakal budi.

Kenyataan bahwa kita sekarang lebih pintar memilih yang baik bagi diri kita, adalah karena dulu kita pernah bodoh dan salah dalam memilih. Fakta bahwa kita sekarang lebih bisa tenang menghadapi segala sesuatu, termasuk menghadapi kiritkan,  adalah mengakui bahwa dulu kita pernah membuang banyak waktu membalas menyerang yang mengkritik, tanpa bersikap tenang dan menginstrospeksi diri terlebih dahulu.

Berbuat salah itu manusiawi. Melakukan kesalahan itu menandakan bahwa kita memiliki kekurangan dan perlu terus belajar memperbaiki diri sebagai manusia yang berakal budi. Kalau sudah tidak pernah merasa salah, berarti sudah tidak bisa membedakan mana yang salah dan mana yang benar, dan sensornya sudah tidak berbunyi meskipun batasan keliru itu sudah dilewati. Be careful.. be very careful when you feel that  you can do no wrong. You are being questioned as a human being.

Berbuat salah itu berarti kita masih hidup dan bernapas, dan siap menghadapi masa depan dengan lebih bijaksana dari  hari ke hari. Mengakui kesalahan itu mulia.., karena dengan mengakui kesalahan , kita menyatakan bahwa kita ini hanya manusia biasa yang bisa keliru, dan yang tidak pernah keliru  itu hanya Tuhan. Bukankah itu tujuan kita sebagai makhluk  ciptaan Tuhan yang mulia ?. Memuliakan Tuhan lewat kehidupan nyata, dan mengakui bahwa kita bisa salah, dan yang selalu benar itu hanya Tuhan.