Minggu, 03 November 2013

MAKNA KELAHIRAN, KEMATIAN DAN KEBANGKITAN YESUS

KELAHIRAN

KELAHIRAN KRISTUS MEMBAWA DAMAI BAGI DUNIA


Nats Alkitab: 1Yoh. 4:7-16, Yoh. 1:1-14.
Tujuan: agar jemaat mengerti dalamnya kasih Allah kepada manusia, dan menebarkan kasih dan damai yang Allah bawa itu kepada sesama.


ketika dunia ini dipenuhi oleh orang-orang yang bebal dan jahat karena status mereka yang jatuh di dalam dosa, Allah berinisiatif untuk mengadakan pendamaian kembali, rekonsiliasi dengan umat-Nya yang berdosa . Bahkan sejak pada zaman para nabi, Tuhan sudah memberitakan bahwa ada seorang Pribadi yang akan datang untuk membawa damai bagi dunia ini. Kedatangan Allah sendiri ini akan mengubah dunia yang penuh dengan kegelapan, menjadi terang. Perseteruan, perselisihan antara Allah dengan manusia, diubah menjadi pendamaian dan umat-Nya yang percaya kepada kedatangan Putra-Nya itu, dapat menjadi agen, saluran tangan Allah membawa damai bagi sesama.

Syukur kepada Allah, ketika pendamaian ini terjadi ketika Yesus datang ke dalam dunia ini sebagai manusia yang sama seperti kita. Suatu misteri, bagaimana Yesus lahir melalui seorang anak dara. Inilah inkarnasi, yakni Allah yang telah datang, lahir sebagai manusia. Di tengah keterbatasan kita untuk mengerti misteri inkarnasi ini, Alkitab menyatakan bahwa Allah telah ada di dalam dunia dan Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, dan itu semua Ia lakukan karena KASIH.

Di dalam keadaan sebagai manusia, natur Yesus diragukan. Masih saja ada orang yang mengatakan bahwa tubuh Yesus adalah tubuh yang semu. Mereka mengatakan bahwa tubuh Yesus adalah Roh yang kelihatan, dan karena Roh, maka Ia tidak dapat merasakan apa yang manusia rasakan. Alkitab menyatakan dengan jelas, bahwa Yesus dapat merasakan seperti apa yang manusia pada umumnya rasakan. Ia bisa lapar, Ia bisa marah, Ia bisa merasakan sakit, dan sampai di atas Salib, Ia tetap menunjukkan kemanusiaan-Nya dengan berkata,”Aku haus.” Jadi jelas, bahwa Yesus adalah sepenuhnya Allah dan sepenuhnya manusia. Yesus ini pula, yang diam dan tinggal di dunia dan melayani orang-orang berdosa.

Yoh.1:14 mengatakan bahwa Firman itu telah menjadi manusia, dan diam diantara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya…. Apa arti kata-kata ini? Sulit sekali mengartikan ayat ini. Begitu banyak pertanyaan yang timbul, salah satunya adalah Mengapa Firman itu menjadi manusia, menjadi daging, menjadi serendah manusia dan tinggal di antara manusia?? Namun, di sinilah keunikan kristiani dan konsep LOGOS (Firman) di dalam Injil Yohanes. Inilah inti doktrin Inkarnasi. Dia yang sesungguhnya adalah Allah, benar-benar menjadi manusia, dan tinggal di antara kita. Sesudah ayat 14 ini, istilah Logos atau Firman sudah tidak muncul lagi di dalam Injil Yohanes. Mengapa bisa terjadi demikian?? Karena sang Logos sudah menjelma menjadi manusia, Yesus, orang Nazaret. Maka Yesus dan Firman adalah identik, sama. Namun tidak sampai di situ saja, sebab Yohanes menambahkan, “kita telah melihat kemuliaanNya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa . . . .” Kemuliaan yang ada dan diberikan kepada-Nya itulah sebagai indikasi atau tanda bahwa Dia benar-benar Anak Allah.

Sungguh luar biasa bagaimana Sang Firman menjelma menjadi manusia dan diam di antara kita. Sungguh luar biasa ketika Yohanes memperlihatkan bahwa Yesus itu sendiri adalah Allah dan diam tinggal bersama kita. Jika natur manusia Kristus tidak berasal dari sumber yang sama dengan kita, maka tidak ada hubungan antara kita dengan Dia untuk melihat bahwa tugas pengantara-Nya penting bagi kebaikan kita. Oleh karena Ia dilahirkan melalui manusia, sehingga Ia bisa menjadi pengantara kita kepada Bapa, karena Ia adalah sama-sama manusia seperti kita. Ketika Dia ada di antara kita sebagai manusia, Dia bisa merasakan sakit, lapar, letih dan haus sama seperti manusia pada umumnya. Dia mengambil bentuk manusia agar Dia bisa sepenuhnya merasakan penderitaan kita sebagai manusia. Dia memasuki situasi kita untuk bertindak sebagai penebus kita. Dia menjadi Pengganti kita, Dia menanggung dosa kita dan menderita menggantikan kita. Dia juga menjadi pendahulu kita, dengan memenuhi semua tuntutan hukum Allah atas nama kita. Semua itu terjadi ketika Allah menjadi sama dengan manusia.

Begitu besar karya Allah kepada manusia yang berdosa ini. Satu alasan utama yang bisa dikemukakan, mengapa Yesus masuk ke dalam dunia ini adalah karena KASIHNYA. Kasih Allah yang melebihi dosa dan kesalahan kita. Ia tidak melihat betapa banyak dosa yang kita buat, tetapi Allah tetap mau datang ke dalam dunia untuk membebaskan manusia dari dosa. Yesus rela digantung di atas kayu salib, dan murka Allah ditimpakan kepada Anak-Nya, itu semua demi kita.

kalau kita melihat bagaimana Allah pada mulanya menciptakan dunia ini dengan begitu sempurna dan indah, tetapi manusia yang merusakkannya. Manusia telah berada di bawah dosa. Manusia menjadi terhilang. Manusia menjadi begitu kotor dan hina di hadapan Allah. Hubungan Allah dan manusia menjadi putus. Tetapi Allah pula yang berinisiatif memulai hubungan yang baik dengan umat-Nya, semata-mata karena KASIH. Allah tidak dapat menyangkali sifat-sifat ke-Allahannya, yakni KASIH. Karena itu, Allahlah yang mengirim Anaknya ke dalam dunia menjadi pengantara manusia dengan Allah. Tanpa Allah sendiri yang masuk ke dalam dunia, mustahil manusia bisa mencapai Allah dan mendapat keselamatan itu. Bagaikan seseorang yang masuk ke dalam lubang yang dalam, pertolongan harus datang dari atas. Tanpa ada pertolongan dari atas, tentu orang yang di dalam lubang tidak bisa keluar, tidak bisa menyelamatkan diri sendiri. Karena itu, supaya manusia selamat, pertolongan harus datang dari atas, dari Allah dan manusia yang menerima pertolongan itu akan selamat. Kristus, Allah yang menjadi manusia itu, membuatnya mungkin terjadi. Kelahirannya sebagai manusia, untuk membawa manusia mempunyai hubungan yang baik kembali dengan Allah.”

Kristus lahir ke dalam dunia untuk mendatangkan damai dan sukacita. Ia lahir memperdamaikan hubungan antara Allah dan manusia. Kalau Ia memperdamaikan hubungan Allah dan manusia, itu juga berarti hubungan manusia dan manusia, Ia pulihkan. Kalau hubungan itu, Ia pulihkan, berarti tidak ada lagi marah, tidak ada lagi musuhan, tidak ada lagi perseteruan. Yang ada hanyalah damai.

Matius 5:9 mengatakan, “Berbahagialah orang-orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.” Di dalam bahasa Yunaninya, pembawa damai itu juga bisa berarti penjaga relasi yang baik, atau penjaga perdamaian. Tidak hanya membawa, menyatakan damai, tetapi juga menjaga agar damai itu tetap ada di dalam dunia ini. Bagi orang-orang yang seperti ini, Allah sendiri telah menyediakan upah. Upahnya apa? Upahnya adalah mereka akan disebut anak-anak Allah. Atau kalau dalam BIS, Allah akan mengaku mereka sebagai anak-anak-Nya.

Itulah tugas kita sebagai orang percaya, menyatakan dan membawa damai yang telah Tuhan nyatakan juga ke dalam dunia ini. Masalahnya adalah sudahkah kita melakukannya?? Kita yang telah diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Yesus, sudahkah kita berdamai juga dengan sesama? Sudahkah kita mengampuni orang yang bersalah sama kita? Sudahkah kita mengasihi mereka?

Kalau saya suruh kita mengucapkan sama-sama Yoh.3:16, pasti hafal semua bukan? Kata “Kasih” dalam Yoh.3:16, sebenarnya bukanlah kata benda. Adalah mudah kalau kita memberikan cinta kita kepada orang lain. Maksud saya adalah memberikan cinta, dalam bentuk benda, atau sesuatu. Itu sangat mudah, kalau boleh dibilang. Tetapi “Kasih” di Yoh.3:16 adalah kata kerja. Bukan pekerjaan yang mudah dilakukan. Apakah kita dapat dengan mudah mengasihi orang yang menyakiti hati kita? Apakah kita dapat dengan mudah mengasihi orang yang telah melukai perasaan kita? Apakah kita dapat dengan mudah mengasihi orang yang mencelakakan kita? Apakah kita dapat mengampuni mereka?? 1 Yoh. 4:11, ayat yang tadi kita sudah baca, lakukanlah itu.

Kalau kita pikir-pikir, layakkah kita menerima pengampunan Tuhan?? Layakkah kita yang hari demi hari berbuat dosa ini, menerima kasih Tuhan?? Tidak ada yang merasa layak, tetapi itulah Anugerah. Allah berinisiatif mengampuni dan mendamaikan kita. Sekarang apa tugas kita? Mari kita mulai berinisiatif mengasihi, mengampuni, dan menyatakan damai kepada orang lain, karena Tuhan telah terlebih dahulu melakukannya.

Ingatlah akan Natal, di mana bayi Yesus ada di dalam palungan, di kandang domba yang kotor, yang hina. Dan hati kita tidak lebih bersih dari kandang domba itu. Ke dalam dunia yang gelap ini, Yesus datang untuk membawa terang, Yesus datang membawa damai. Sudahkah kita membawa damai itu dan menyatakannya bagi setiap orang? Sudahkah kita membawa damai itu ke tengah keluarga kita? Sudahkah kita membawa damai itu ke tempat di mana kita bekerja? Sudahkah kita membawa damai itu ke dalam komunitas atau lingkungan sekitar kita?
Satu obor bisa menyalakan ribuan obor lainnya, tanpa kekurangan terangnya, demikian juga Kasih dan damai yang kita terima dari Tuhan, tidak akan berkurang bila kita bagikan pada sesama.






 Peter S. Sebastian


 

KEMATIAN

ARTI KEMATIAN YESUS ADALAH MENGHAPUSAN DOSA MANUSIA

 Sebelum kita mengupas makna kematian Yesus bagi penghapusan dosa umat manusia, kita akan mengkaji terlebih dahulu apa yang dimaksudkan dengan Dosa Asal (Original Sin). Saya lebih memilih istilah ini karena memang istilah inilah yang lebih tepat dan dipergunakan untuk menjelaskan asal usul dosa dalam berbagai terjemahan bahasa Inggris. Tidak ada istilah Dosa Waris kecuali penafsiran beberapa golongan Kristen yang membuat istilah tersebut menjadi rancu. Karena memang dosa tidak diwariskan sebagaimana dikatakan dalam Yekhezkiel 18:20

 

Dosa Asal (Original Sin)

Dosa berawal ketika manusia melanggar perintah Tuhan YAHWEH agar tidak memakan buah Pohon Pengetahuan Baik dan Pengetahuan Jahat sebagaimana dikatakan:

“Lalu Yahweh Tuhan memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati”(Kej 2:16-17).

Namun ular membisikkan kata-kata dusta dengan memutarbalikkan apa yang dilarang oleh Yahweh kepada manusia, menjadi diperbolehkan, “Ular itu berkata kepada perempuan itu: "Tentulah Tuhan berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?" (Kej 3:1) dan ketika manusia perempuan (ishah) menjawab: "Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan, tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Tuhan berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati."(Kej 3:2-3), maka ular kembali memutarbalikkan larangan Yahweh dengan mengatakan, “Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: "Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Tuhan mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Tuhan, tahu tentang yang baik dan yang jahat." 

Ketika manusia perempuan itu tergoda, mulailah dia memakan buah larangan itu yaitu Buah Pengetahuan Yang Baik (ets hada’at tov) dan Buah Pengetahuan Yang Jahat (ets hada’at ra) maka diapun memberikannya pada manusia laki-laki untuk memakannya. Apa terjadi kemudian? Pertama, Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat (Kej 3:7). Manusia laki-laki dan perempuan menyadari bahwa kemuliaan sebagai ciptaan telah lenyap dengan ditandai kesadaran bahwa diri mereka telanjang. Kedua, "Ketika mereka mendengar bunyi langkah Tuhan Yahweh, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk (Ibr: leruakh hayom, saat hari bertiup angin), bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap Tuhan Yahweh  di antara pohon-pohonan dalam taman” (Kej 3:8). Manusia laki-laki dan perempuan mengalami ketakutan terhadap Tuhan Yahweh akibat telah melakukan pelanggaran. Tidak heran jika sampai sekarang apabila manusia berbuat pelanggaran, selalu dikejar rasa takut dan bersalah.

Inilah saat pertama kalinya DOSA itu masuk dalam kehidupan manusia. Apakah dosa itu? Dalam 1 Yohanes 3:4 naskah Yunani dikatakan, “hamartia estin he anomia”. Dalam Hebrew New Testament (Kitab Perjanjian Baru berbahasa Ibrani sebagai terjemahan Kitab Perjanjian Baru berbahasa Yunani) diterjemahkan, “ha khet, mri hu ba Torah”. Dosa adalah ANOMIA atau MRI HU BA TORAH atau MELAWAN TORAH atau MELAWAN PERINTAH. 

Kata hamartia bermakna “menyimpang dari sasaran”. Jadi dosa adalah “tindakan yang menyimpang dari sasaran”. Seperti orang yang memanah namun busur panah meleset dari sasaran yang hendak dituju. Demikianlah hakikat dosa. Adapun Pohon larangan Pohon Pengetahuan Baik dan Buruk serta Pohon Kehidupan) mengandung makna bahwa manusia diberikan KEBEBASAN UNTUK MEMILIH. Tuhan bukanlah dalang yang seenaknya memainkan wayang. Manusia bukanlah robot yang dimainkan semau Tuhan. Tuhan memberikan KEHENDAK BEBAS dlam diri manusia untuk mengambil pilihan antara yang baik dan yang buruk. Manusia pertama mengambil pilihan yang buruk, pilihan yang keliru. Siapa yang bertanggung jawab atas tindakan pelanggaran manusia pertama? Tuhankah atau manusia? Karena Tuhan telah memberikan kehendak bebas, maka manusia yang bertanggung jawab atas pilihan yang diambilnya. Tuhan tidak menyebabkan manusia berdosa namun manusialah yang melakukan dosa.

Dampak Dosa Asal (Effect of Original Sin)

Seberapa jauhkan DAMPAK DOSA dalam kehidupan manusia pertama? Dosa menimbulkan KUTUK dan kutuk yang tidak teratasi adalah MAUT. Kutuk dosa dapat kita lihat secara terinci sbb:

  • Permusuhan manusia dengan Tuhan (Kej 3:23-24), dimana manusia kehilangan relasi yang benar dengan Tuhan
  • Permusuhan manusia dengan hewan (Kej 3:15). Terjadilah siklus ekologis dimana manusia memangsa hewan dan sebaliknya
  • Permusuhan manusia dengan alam (Kej 3:17-19). Manusia harus bekerja menaklukan alam yang telah kena kutuk
  • Permusuhan manusia dengan manusia (Kej 4:1-16), Qayin membunuh Qabel.
  • Perempuan melahirkan dengan kesakitan (Kej 3:16)
  • Manusia mengalami kefanaan yaitu maut (Kej 3:19)


Rasul Paul menjelaskan bahwa dosa mengakibatkan manusia kehilangan kemuliaan Tuhan (Rm 3:23) dan upah dosa adalah maut (Rm 6:23). Dosa dan maut adalah realitas yang dialami semua umat manusia. Tidak ada satupun manusia yang tidak mengalami maut. Maut adalah upah dosa dan konsekwensi hilangnya kemuliaan Tuhan dalam diri manusia. Semua manusia MEWARISI UPAH DOSA yaitu kehilangan kemuliaan Tuhan, yaitu MAUT. Maut, bukanlah takdir Tuhan melainkan buah dosa manusia.

Dalam perspektif Kristen, dibedakan antara DOSA MULA-MULA (Original Sin) dan DOSA PERBUATAN (Behaviour Sin). Dosa mula-mula dilakukan oleh Adan dan Hawa. Sementara dosa perbuatan adalah turunan dari dosa mula-mula. Darimana manusia bisa berbuat dosa perbuatan? Bukan karena Tuhan menakdirkan dengan memberi kemampuan berbuat dosa pada manusia melainkan akibat manusia pertama, Adam dan Hawa telah berbuat dosa maka potensi dosa itu masuk dalam kehidupan keturunan Adam dan Hawa termasuk kita, apapun agamanya.

Maka seorang anak kecil berusia 7  tahun tidak perlu diajari berbohong, jika dia memecahkan sebuah gelas tanpa sepengetahuan kita, dalam sejumlah kasus ditemukan mereka berbohong dan mengatakan bukan mereka yang memecahkan gelas, ketika ditanyai orang tuannya. Berbohong adalah dosa perbuatan sebagai sebuah turunan dari potensi dosa yang telah masuk dalam kehidupan manusia. Dan masih begitu banyak lagi dosa perbuatan yang dapat kita daftarkan dalam kehidupan sehari-hari.

Qur’an pun menyitir soal kejatuhan Adam dan Hawa dalam dosa sebagaimana dikatakan:

Dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim. Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan." Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang” (Qs 2:35-37)

Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: "Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?" Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia.  Kemudian Tuhannya memilihnya maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk. Allah berfirman: "Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka” (Qs 20:120-123).

Mengapa mengutip ayat dalam Qur’an? Pengutipan ayat Qur’an dimaksudkan sebagai pembanding fakta bahwa manusia pertama telah jatuh dalam dosa dan kehilangan kemuliaan (sebagaimana diakui dalam Torah dan Qur’an) sehingga tidak ada alasan bagi Muslim yang kerap menyangkal dosa asal dan dampaknya yaitu kefanaan yang menghinggapi umat manusia semesta.

Sekalipun ada perbedaan redaksional antara Torah (Kitab Kejadian) dan Quran mengenai siapa yang digoda dan nama buah apa yang dimakan Adam dan Hawa serta dimana Adam dan Hawa tinggal saat terjadi peristiwa kejatuhan dalam dosa tersebut, namun kedua Kitab menyepakati beberapa hal berikut:

1. Adam dan Hawa BERDOSA
2. Adam dan Hawa MEMINTA PENGAMPUNAN TUHAN
3. Adam dan Hawa MENANGGUNG HUKUMAN TUHAN

Penghapusan Dosa

Bagaimana Tuhan Yahweh mengatasi dosa yang masuk dalam dunia dan merusak hubungan manusia dengan Tuhan dan alam semesta? Kejadian 3:15 menyatakan, “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya". 

Oleh para Bapa Gereja (Church Fathers), ayat ini disebut sebagai PROTO EVANGGELIUM atau Injil Mula-mula, karena di dalamnya dideklarasikan bahwa keturunan manusia perempuan yang jatuh, akan melahirkan seorang anak yang akan meremukkan kepala ular. Secara teologis, ayat ini menunjuk pada karya Mesias yang mengalahkan maut sebagaimana dikatakan dalam 1 Korintus 15:25-26, ”Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai (Tuhan) meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya. Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut”. 

Namun Secara universal, ayat ini merupakan suatu wewenang yang diberikan kepada orang-orang yang telah mengalami penebusan di dalam kematian dan kebangkitan Yesus Sang Mesias sebagaimana dikatakan oleh Rasul Paul dalam Roma 16:20, “Semoga Tuhan, sumber damai sejahtera, segera akan menghancurkan Shatan di bawah kakimu. Kasih karunia Yesus, Junjungan Agung kita, menyertai kamu!”. Dan juga dikatakan dalam Wahyu  12:17, “Maka marahlah naga itu kepada perempuan itu, lalu pergi memerangi keturunannya yang lain, yang menuruti hukum-hukum Tuhan dan memiliki kesaksian Yesus”. Tuhan Yahweh telah MENJANJIKAN Penebus atas manusia yang mengalami kutuk dosa yaitu maut. 

Dan manusia pertama yang jatuh dalam dosa, telah mengalami penebusan saat itu. Darimana kita memperoleh fakta ini? Kejadian 3:17 melaporkan, “Dan Yahweh Tuhan membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan untuk isterinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka” (Kej 3:21). Kata “pakaian dari kulit binatang” (Ibr: katnot o’r/Septuaginta: khitonas dermatinous) menunjukkan adanya suatu hewan yang dikorbankan. Korban adalah LAMBANG penebusan yang kelak akan dilakukan oleh Yahshua Sang Mesias. Kulit hewan yang telah dikorbankan, dipakai menjadi pakaian atau jubah yang menutupi ketelanjangan manusia.

Qur’an pun memberikan konformasi mengenai pengampunan Tuhan. Redaksional Qs 2:37 mengatakan, “Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya". Dan Qs 20:122, “Kemudian Tuhannya memilihnya maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk”. Orang yang bertobat artinya orang yang telah berdosa. Adam dan Hawa telah mengawali sebuah perbuatan berdosa.

Kalau manusia pertama telah mengalami penebusan, mengapa Tuhan Yahweh masih menjanjikan Penebus? Pertama, penebusan dengan menggunakan korban hewan hanyalah temporal dan bayangan dari penebusan sejati yang akan dilakukan oleh Yesus Sang Mesias (Ibr 10:1, 4, 11-12). Kedua, umat manusia akan bertambah banyak dan bertambah banyak pulalah orang yang mengalami kematian akibat dosa. Maka Tuhan memberikan Penebus sejati untuk mengatasi dosa yang berujung pada maut, yaitu Yesus Sang Mesias. Mereka yang menerima karya kematian dan kebangkitan Yesus dari maut untuk menghapus dosa, maka beroleh penebusan dan kehidupan kekal.

Sampai di sini, baik Torah, Injil dan Qur’an mulai bersimpangan menjelaskan mengenai Penebusan. Sejak manusia pertama Adam dan Hawa terjatuh dalam dosa, dan setelah Tuhan Yahweh memberikan contoh mengenai pengorbanan hewan sebagai penghapus dosa, maka tradisi pengorbanan hewan menjadi sebuah kebiasaan di Timur Tengah kuno. Bahkan Tuhan Yahweh mengatur secara detail pengorbanan hewan tersebut dalam Torah (Kitab Imamat).
Dalam perspektif iman Kristen, pengorbanan hewan dan penumpahan darah hewan adalah bayangan dari wujud sejati yang akan datang yaitu Mesias yang telah dijanjikan dalam Kejadian 3:15. Kitab Ibrani 10:1-4 dikatakan:

“Di dalam Torah hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri. Karena itu dengan korban yang sama, yang setiap tahun terus-menerus dipersembahkan, Torah tidak mungkin menyempurnakan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya. Sebab jika hal itu mungkin, pasti orang tidak mempersembahkan korban lagi, sebab mereka yang melakukan ibadah itu tidak sadar lagi akan dosa setelah disucikan sekali untuk selama-lamanya. Tetapi justru oleh korban-korban itu setiap tahun orang diperingatkan akan adanya dosa. Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa”.

Wujud sejati dari bayangan yang akan dan sudah datang itu adalah Yeshu d’Meshikha/Yeshua ha Mashiakh/Yahshua ha Mashiakh/Iesous ho Christos/Yesus Sang Mesias sebagaimana dikatakan dalam Ibrani 10:10-14 berikut ini:

Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Sang Mesias. Selanjutnya setiap imam melakukan tiap-tiap hari pelayanannya dan berulang-ulang mempersembahkan korban yang sama, yang sama sekali tidak dapat menghapuskan dosa. Tetapi Ia, setelah mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa, Ia duduk untuk selama-lamanya di sebelah kanan Tuhan, dan sekarang Ia hanya menantikan saatnya, di mana musuh-musuh-Nya akan dijadikan tumpuan kaki-Nya. Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan

Pernyataan dalam Kitab Ibrani tersebut menggemakan sabda Yesus Sang Mesias dalam kesadaran dirinya yang mengemban tugas sebagai Mesias, Anak Tuhan yang menyerahkan dirinya untuk menghapus KUTUK DOSA seluruh umat manusia yaitu MAUT sebagaimana dikatakan:

Dan ketika mereka sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya dan berkata: "Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku." Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: "Minumlah, kamu semua, dari cawan ini. Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa” (Mat 26:26-28)

Sabda Yesus di atas menepis dugaan dan tuduhan bahwa ajaran penghapusan dosa (ini istilah yang lebih tepat tinimbang penebusan dosa) tidak berasal dari Yesus Sang Mesias melainkan dogma Gereja atau penafsiran murid-murid Yesus belakangan. Ajaran mengenai penghapusan dosa dan penebusan kutuk dosa yaitu maut berasal dari sabda Yesus itu sendiri dan memiliki latar belakang dalam Torah mengenai kejatuhan manusia.

Barangsiapa percaya dan menerima Yesus Sang Mesias, Putra Tuhan, Sang Firman yang nuzul dan menjadi manusia (Yoh 1:14) maka mereka akan dibebaskan dari maut sebagaimana disabdakan Yesus sbb:

Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa orang-orang mati akan mendengar suara Anak Tuhan, dan mereka yang mendengarnya, akan hidup. Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri” (Yoh 5:24-26).

Tidak ada satupun manusia yang dapat membebaskan dirinya dari kutuk dosa yaitu maut. Semua manusia bahkan bayi sekalipun yang belum tahu berbuat dosa perbuatan MEWARISI KUTUK DOSA yaitu MAUT. Semua manusia berpotensi mengalami maut.

Maut tidak bisa diatasi dengan perbuatan baik, ibadah, kesalehan, sedekah dll. Maut hanya bisa dibebaskan oleh Tuhan sendiri Sang Pemiliki Kehidupan. Dengan cara apa? Dengan cara mengutus Putra-Nya, Sang Firman menjadi manusia untuk membebaskan dari kutuk dosa yaitu maut sebagaimana dikatakan:

Karena begitu besar kasih Tuhan akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh 3:16).

Pertanyaannya, jika orang yang menerima Yesus Sang Mesias sebagai Anak Tuhan diyakini akan terbebas dari maut/kematian, namun faktanya sampai hari ini orang-orang Kristen/Nasrani masih mengalami kematian? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita simak sabda Yesus sbb:

Jawab Yesus: ‘Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati” (Yoh 11:25)

Kematian fisik adalah pintu mengalami kehidupan sejati, kehidupan kekal sebagaimana dijanjikan Yesus Sang Mesias. Kehidupan kekal milik Tuhan Yahweh telah dilimpahkan pula kepada Putra-Nya yaitu Yesus Sang Mesias sebagaimana sabda Yesus, “Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri” (Yoh 5:26)

Pengampunan Dosa Akibat Ketidaksempurnaan Manusia

Apakah manusia yang telah mengalami penghapusan dosa dan penebusan dari kutuk dosa melalui keimanan kepada karya pengorbanan Yesus Sang Mesias dan Juruslamat, lalu kemudian tidak bisa berbuat dosa kembali dan menjadi sempurna? Tidak! Manusia yang telah mengalami penebusan kutuk dosa memang telah dijadikan manusia baru dan diberikan Roh Kudus yang akan menuntun dia selalu dalam jalan yang benar sebagaimana konsekwensi kehidupan baru sebagaimana dikatakan Rasul Paul sbb:

Dan Mesias telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka. Sebab itu kami tidak lagi menilai seorang juga pun menurut ukuran manusia. Dan jika kami pernah menilai Mesias menurut ukuran manusia, sekarang kami tidak lagi menilai-Nya demikian. Jadi siapa yang ada di dalam Mesias, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang” (2 Kor 5:15-17)

Namun demikian, manusia tetap berpotensi berbuat kesalahan dan pelanggaran. Oleh karenanya Yesus mengajarkan Doa Bapa Kami dimana salah satu frasa berbunyi, “Ampunilah kami akan kesalahan kami, sebagaimana kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami” (Mat 6:12)

Demikianlah pengkajian singkat mengenai konsep Iman Kristen mengenai Asal Usul Dosa (Original Sin) dan Penghapusan Dosa serta Penebusan Kutuk Dosa yaitu Maut. Kiranya kajian singkat ini memberikan pembukaan wawasan sekaligus pintu hidayah untuk mengenai Yesus Sang Mesias (Yasu’a al Masih) yang adalah Jalan, Kebenaran dan Hidup sebagaimana disabdakan Yesus sbb:

"Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yoh 14:6)



Teguh Hindarto




KEBANGKITAN

Mula-mula sulit sekali bagi para murid Yesus untuk menerima kenyataan bahwa Tuhan Yesus memang bangkit dari kuburNya. Mereka tidak percaya akan kesaksian dari beberapa wanita. Mereka ragu-ragu juga akan apa yang disampaikan Petrus dan Yohanes kepada mereka. Tetapi Tuhan Yesus menampakkan diri kepada mereka beberapa kali setelah kebangkitanNya sehingga mereka dapat menyaksikan bahwa Tuhan Yesus memang bangkit.
Pada Lukas 24:44-47 Tuhan Yesus menjelaskan kepada murid-muridNya bahwa kebangkitanNya terjadi sesuai dengan firman Tuhan:
“Ia berkata kepada mereka: ‘Inilah perkataanKu yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur.’ Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. KataNya kepada mereka: ‘Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi: dalam namaNya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem.’”
Kita perhatikan bahwa kebangkitan Tuhan Yesus memang terjadi sesuai dengan firman Tuhan dan sesuai dengan rencana Tuhan. Apalagi pada 1 Korintus 15 Rasul Paulus menerangkan bahwa yang dimaksudkan ialah kebangkitan daging. Kalau kita kaitkan inkarnasi Tuhan Yesus atau penjelmaanNya menjadi manusia dengan fakta kebangkitanNya maka seperti ditegaskan oleh Paulus kita yang percaya kepadaNya mempunyai pengharapan tentang kebangkitan kita. Itulah rencana Tuhan dari semula untuk menanggapi konsekwensi dosa yang masuk dunia melalui Adam dan Hawa.
Kita perhatikan pula bahwa kebangkitan Tuhan Yesus ialah dasar adanya pengampunan dosa. Artinya tidak cukup apabila Tuhan Yesus mati di atas kayu salib manggantikan kita orang berdosa. Tuhan Yesus harus bangkit dari kuburNya supaya kita dapat menerima pengampunan dosa dan dengan demikian pendamaian dengan Tuhan. Cara kita menanggapinya ialah melalui pertobatan. Oleh karena itu Tuhan Yesus menyinggung bahwa berita tentang pertobatan dan pengampunan harus disampaikan kepada segala bangsa. Sehingga di dalam penginjilan kita harus ada penekanan pada pertobatan dan pengampunan dosa.

Sumber







DOA
Ya Yesus, kedatanganMU adalah wujud nyata cinta Allah bagi kami untuk mengubah dunia yang penuh dengan kegelapan, menjadi terang. Perseteruan, penuh dengan lumuran dosa,  perselisihan antara Allah dengan manusia, dan kematianMU adalah bukti kasih setiaMU pada kami manusia agar kami memperoleh hidup yang kekal, dan juga kebangkitanMU adalah bukti bahawa Engkau telah menyatakan kepada kami, bahwa kami telah dibangkitkan dari kematia oleh dossa sehingga kami memperoleh kehidupan yang kekal, Terimakasih Ya Yesus atas pengorbananMU, kami percaya bahwa Engkau adalah Juruslamat Dunia, Amin..

Edit by S.M

Tidak ada komentar:

Posting Komentar