KELAHIRAN KRISTUS MEMBAWA DAMAI BAGI DUNIA
Nats Alkitab: 1Yoh. 4:7-16, Yoh. 1:1-14.
Tujuan: agar jemaat mengerti dalamnya kasih Allah kepada manusia, dan menebarkan kasih dan damai yang Allah bawa itu kepada sesama.
ketika dunia ini dipenuhi oleh orang-orang yang bebal dan jahat karena status mereka yang jatuh di dalam dosa, Allah berinisiatif untuk mengadakan pendamaian kembali, rekonsiliasi dengan umat-Nya yang berdosa . Bahkan sejak pada zaman para nabi, Tuhan sudah memberitakan bahwa ada seorang Pribadi yang akan datang untuk membawa damai bagi dunia ini. Kedatangan Allah sendiri ini akan mengubah dunia yang penuh dengan kegelapan, menjadi terang. Perseteruan, perselisihan antara Allah dengan manusia, diubah menjadi pendamaian dan umat-Nya yang percaya kepada kedatangan Putra-Nya itu, dapat menjadi agen, saluran tangan Allah membawa damai bagi sesama.
Syukur kepada Allah, ketika pendamaian ini terjadi ketika Yesus datang ke dalam dunia ini sebagai manusia yang sama seperti kita. Suatu misteri, bagaimana Yesus lahir melalui seorang anak dara. Inilah inkarnasi, yakni Allah yang telah datang, lahir sebagai manusia. Di tengah keterbatasan kita untuk mengerti misteri inkarnasi ini, Alkitab menyatakan bahwa Allah telah ada di dalam dunia dan Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, dan itu semua Ia lakukan karena KASIH.
Di dalam keadaan sebagai manusia, natur Yesus diragukan. Masih saja ada orang yang mengatakan bahwa tubuh Yesus adalah tubuh yang semu. Mereka mengatakan bahwa tubuh Yesus adalah Roh yang kelihatan, dan karena Roh, maka Ia tidak dapat merasakan apa yang manusia rasakan. Alkitab menyatakan dengan jelas, bahwa Yesus dapat merasakan seperti apa yang manusia pada umumnya rasakan. Ia bisa lapar, Ia bisa marah, Ia bisa merasakan sakit, dan sampai di atas Salib, Ia tetap menunjukkan kemanusiaan-Nya dengan berkata,”Aku haus.” Jadi jelas, bahwa Yesus adalah sepenuhnya Allah dan sepenuhnya manusia. Yesus ini pula, yang diam dan tinggal di dunia dan melayani orang-orang berdosa.
Yoh.1:14 mengatakan bahwa Firman itu telah menjadi manusia, dan diam diantara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya…. Apa arti kata-kata ini? Sulit sekali mengartikan ayat ini. Begitu banyak pertanyaan yang timbul, salah satunya adalah Mengapa Firman itu menjadi manusia, menjadi daging, menjadi serendah manusia dan tinggal di antara manusia?? Namun, di sinilah keunikan kristiani dan konsep LOGOS (Firman) di dalam Injil Yohanes. Inilah inti doktrin Inkarnasi. Dia yang sesungguhnya adalah Allah, benar-benar menjadi manusia, dan tinggal di antara kita. Sesudah ayat 14 ini, istilah Logos atau Firman sudah tidak muncul lagi di dalam Injil Yohanes. Mengapa bisa terjadi demikian?? Karena sang Logos sudah menjelma menjadi manusia, Yesus, orang Nazaret. Maka Yesus dan Firman adalah identik, sama. Namun tidak sampai di situ saja, sebab Yohanes menambahkan, “kita telah melihat kemuliaanNya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa . . . .” Kemuliaan yang ada dan diberikan kepada-Nya itulah sebagai indikasi atau tanda bahwa Dia benar-benar Anak Allah.
Sungguh luar biasa bagaimana Sang Firman menjelma menjadi manusia dan diam di antara kita. Sungguh luar biasa ketika Yohanes memperlihatkan bahwa Yesus itu sendiri adalah Allah dan diam tinggal bersama kita. Jika natur manusia Kristus tidak berasal dari sumber yang sama dengan kita, maka tidak ada hubungan antara kita dengan Dia untuk melihat bahwa tugas pengantara-Nya penting bagi kebaikan kita. Oleh karena Ia dilahirkan melalui manusia, sehingga Ia bisa menjadi pengantara kita kepada Bapa, karena Ia adalah sama-sama manusia seperti kita. Ketika Dia ada di antara kita sebagai manusia, Dia bisa merasakan sakit, lapar, letih dan haus sama seperti manusia pada umumnya. Dia mengambil bentuk manusia agar Dia bisa sepenuhnya merasakan penderitaan kita sebagai manusia. Dia memasuki situasi kita untuk bertindak sebagai penebus kita. Dia menjadi Pengganti kita, Dia menanggung dosa kita dan menderita menggantikan kita. Dia juga menjadi pendahulu kita, dengan memenuhi semua tuntutan hukum Allah atas nama kita. Semua itu terjadi ketika Allah menjadi sama dengan manusia.
Begitu besar karya Allah kepada manusia yang berdosa ini. Satu alasan utama yang bisa dikemukakan, mengapa Yesus masuk ke dalam dunia ini adalah karena KASIHNYA. Kasih Allah yang melebihi dosa dan kesalahan kita. Ia tidak melihat betapa banyak dosa yang kita buat, tetapi Allah tetap mau datang ke dalam dunia untuk membebaskan manusia dari dosa. Yesus rela digantung di atas kayu salib, dan murka Allah ditimpakan kepada Anak-Nya, itu semua demi kita.
kalau kita melihat bagaimana Allah pada mulanya menciptakan dunia ini dengan begitu sempurna dan indah, tetapi manusia yang merusakkannya. Manusia telah berada di bawah dosa. Manusia menjadi terhilang. Manusia menjadi begitu kotor dan hina di hadapan Allah. Hubungan Allah dan manusia menjadi putus. Tetapi Allah pula yang berinisiatif memulai hubungan yang baik dengan umat-Nya, semata-mata karena KASIH. Allah tidak dapat menyangkali sifat-sifat ke-Allahannya, yakni KASIH. Karena itu, Allahlah yang mengirim Anaknya ke dalam dunia menjadi pengantara manusia dengan Allah. Tanpa Allah sendiri yang masuk ke dalam dunia, mustahil manusia bisa mencapai Allah dan mendapat keselamatan itu. Bagaikan seseorang yang masuk ke dalam lubang yang dalam, pertolongan harus datang dari atas. Tanpa ada pertolongan dari atas, tentu orang yang di dalam lubang tidak bisa keluar, tidak bisa menyelamatkan diri sendiri. Karena itu, supaya manusia selamat, pertolongan harus datang dari atas, dari Allah dan manusia yang menerima pertolongan itu akan selamat. Kristus, Allah yang menjadi manusia itu, membuatnya mungkin terjadi. Kelahirannya sebagai manusia, untuk membawa manusia mempunyai hubungan yang baik kembali dengan Allah.”
Kristus lahir ke dalam dunia untuk mendatangkan damai dan sukacita. Ia lahir memperdamaikan hubungan antara Allah dan manusia. Kalau Ia memperdamaikan hubungan Allah dan manusia, itu juga berarti hubungan manusia dan manusia, Ia pulihkan. Kalau hubungan itu, Ia pulihkan, berarti tidak ada lagi marah, tidak ada lagi musuhan, tidak ada lagi perseteruan. Yang ada hanyalah damai.
Matius 5:9 mengatakan, “Berbahagialah orang-orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.” Di dalam bahasa Yunaninya, pembawa damai itu juga bisa berarti penjaga relasi yang baik, atau penjaga perdamaian. Tidak hanya membawa, menyatakan damai, tetapi juga menjaga agar damai itu tetap ada di dalam dunia ini. Bagi orang-orang yang seperti ini, Allah sendiri telah menyediakan upah. Upahnya apa? Upahnya adalah mereka akan disebut anak-anak Allah. Atau kalau dalam BIS, Allah akan mengaku mereka sebagai anak-anak-Nya.
Itulah tugas kita sebagai orang percaya, menyatakan dan membawa damai yang telah Tuhan nyatakan juga ke dalam dunia ini. Masalahnya adalah sudahkah kita melakukannya?? Kita yang telah diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Yesus, sudahkah kita berdamai juga dengan sesama? Sudahkah kita mengampuni orang yang bersalah sama kita? Sudahkah kita mengasihi mereka?
Kalau saya suruh kita mengucapkan sama-sama Yoh.3:16, pasti hafal semua bukan? Kata “Kasih” dalam Yoh.3:16, sebenarnya bukanlah kata benda. Adalah mudah kalau kita memberikan cinta kita kepada orang lain. Maksud saya adalah memberikan cinta, dalam bentuk benda, atau sesuatu. Itu sangat mudah, kalau boleh dibilang. Tetapi “Kasih” di Yoh.3:16 adalah kata kerja. Bukan pekerjaan yang mudah dilakukan. Apakah kita dapat dengan mudah mengasihi orang yang menyakiti hati kita? Apakah kita dapat dengan mudah mengasihi orang yang telah melukai perasaan kita? Apakah kita dapat dengan mudah mengasihi orang yang mencelakakan kita? Apakah kita dapat mengampuni mereka?? 1 Yoh. 4:11, ayat yang tadi kita sudah baca, lakukanlah itu.
Kalau kita pikir-pikir, layakkah kita menerima pengampunan Tuhan?? Layakkah kita yang hari demi hari berbuat dosa ini, menerima kasih Tuhan?? Tidak ada yang merasa layak, tetapi itulah Anugerah. Allah berinisiatif mengampuni dan mendamaikan kita. Sekarang apa tugas kita? Mari kita mulai berinisiatif mengasihi, mengampuni, dan menyatakan damai kepada orang lain, karena Tuhan telah terlebih dahulu melakukannya.
Ingatlah akan Natal, di mana bayi Yesus ada di dalam palungan, di kandang domba yang kotor, yang hina. Dan hati kita tidak lebih bersih dari kandang domba itu. Ke dalam dunia yang gelap ini, Yesus datang untuk membawa terang, Yesus datang membawa damai. Sudahkah kita membawa damai itu dan menyatakannya bagi setiap orang? Sudahkah kita membawa damai itu ke tengah keluarga kita? Sudahkah kita membawa damai itu ke tempat di mana kita bekerja? Sudahkah kita membawa damai itu ke dalam komunitas atau lingkungan sekitar kita? Satu obor bisa menyalakan ribuan obor lainnya, tanpa kekurangan terangnya, demikian juga Kasih dan damai yang kita terima dari Tuhan, tidak akan berkurang bila kita bagikan pada sesama.
Peter S. Sebastian
KEMATIAN
ARTI KEMATIAN YESUS ADALAH MENGHAPUSAN DOSA MANUSIA
Sebelum kita mengupas makna kematian Yesus bagi penghapusan dosa umat manusia, kita akan mengkaji terlebih dahulu apa yang dimaksudkan dengan Dosa Asal (Original Sin). Saya lebih memilih istilah ini karena memang istilah inilah yang lebih tepat dan dipergunakan untuk menjelaskan asal usul dosa dalam berbagai terjemahan bahasa Inggris. Tidak ada istilah Dosa Waris kecuali penafsiran beberapa golongan Kristen yang membuat istilah tersebut menjadi rancu. Karena memang dosa tidak diwariskan sebagaimana dikatakan dalam Yekhezkiel 18:20
Dosa Asal (Original Sin)
Dosa
berawal ketika manusia melanggar perintah Tuhan YAHWEH agar tidak
memakan buah Pohon Pengetahuan Baik dan Pengetahuan Jahat sebagaimana
dikatakan:
“Lalu
Yahweh Tuhan memberi perintah ini kepada manusia: "Semua
pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon
pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan
buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati”(Kej 2:16-17).
Namun ular
membisikkan kata-kata dusta dengan memutarbalikkan apa yang dilarang
oleh Yahweh kepada manusia, menjadi diperbolehkan, “Ular itu berkata
kepada perempuan itu: "Tentulah Tuhan berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?" (Kej 3:1) dan ketika manusia perempuan (ishah) menjawab: "Buah
pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan, tetapi tentang buah
pohon yang ada di tengah-tengah taman, Tuhan berfirman: Jangan kamu
makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati."(Kej 3:2-3), maka ular kembali memutarbalikkan larangan Yahweh dengan mengatakan, “Tetapi
ular itu berkata kepada perempuan itu: "Sekali-kali kamu tidak akan
mati, tetapi Tuhan mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu
akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Tuhan, tahu tentang yang
baik dan yang jahat."
Ketika
manusia perempuan itu tergoda, mulailah dia memakan buah larangan itu
yaitu Buah Pengetahuan Yang Baik (ets hada’at tov) dan Buah Pengetahuan
Yang Jahat (ets hada’at ra) maka diapun memberikannya pada manusia
laki-laki untuk memakannya. Apa terjadi kemudian? Pertama, Maka
terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang;
lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat (Kej 3:7). Manusia
laki-laki dan perempuan menyadari bahwa kemuliaan sebagai ciptaan telah
lenyap dengan ditandai kesadaran bahwa diri mereka telanjang. Kedua, "Ketika
mereka mendengar bunyi langkah Tuhan Yahweh, yang berjalan-jalan dalam
taman itu pada waktu hari sejuk (Ibr: leruakh hayom, saat hari bertiup
angin), bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap Tuhan Yahweh
di antara pohon-pohonan dalam taman” (Kej 3:8). Manusia laki-laki
dan perempuan mengalami ketakutan terhadap Tuhan Yahweh akibat telah
melakukan pelanggaran. Tidak heran jika sampai sekarang apabila manusia
berbuat pelanggaran, selalu dikejar rasa takut dan bersalah.
Inilah
saat pertama kalinya DOSA itu masuk dalam kehidupan manusia. Apakah dosa
itu? Dalam 1 Yohanes 3:4 naskah Yunani dikatakan, “hamartia estin he
anomia”. Dalam Hebrew New Testament (Kitab Perjanjian Baru berbahasa
Ibrani sebagai terjemahan Kitab Perjanjian Baru berbahasa Yunani)
diterjemahkan, “ha khet, mri hu ba Torah”. Dosa adalah ANOMIA atau MRI
HU BA TORAH atau MELAWAN TORAH atau MELAWAN PERINTAH.
Kata
hamartia bermakna “menyimpang dari sasaran”. Jadi dosa adalah “tindakan
yang menyimpang dari sasaran”. Seperti orang yang memanah namun busur
panah meleset dari sasaran yang hendak dituju. Demikianlah hakikat dosa.
Adapun Pohon larangan Pohon Pengetahuan Baik dan Buruk serta Pohon
Kehidupan) mengandung makna bahwa manusia diberikan KEBEBASAN UNTUK
MEMILIH. Tuhan bukanlah dalang yang seenaknya memainkan wayang. Manusia
bukanlah robot yang dimainkan semau Tuhan. Tuhan memberikan KEHENDAK
BEBAS dlam diri manusia untuk mengambil pilihan antara yang baik dan
yang buruk. Manusia pertama mengambil pilihan yang buruk, pilihan yang
keliru. Siapa yang bertanggung jawab atas tindakan pelanggaran manusia
pertama? Tuhankah atau manusia? Karena Tuhan telah memberikan kehendak
bebas, maka manusia yang bertanggung jawab atas pilihan yang diambilnya.
Tuhan tidak menyebabkan manusia berdosa namun manusialah yang melakukan
dosa.
Dampak Dosa Asal (Effect of Original Sin)
Seberapa
jauhkan DAMPAK DOSA dalam kehidupan manusia pertama? Dosa menimbulkan
KUTUK dan kutuk yang tidak teratasi adalah MAUT. Kutuk dosa dapat kita
lihat secara terinci sbb:
- Permusuhan manusia dengan Tuhan (Kej 3:23-24), dimana manusia kehilangan relasi yang benar dengan Tuhan
- Permusuhan manusia dengan hewan (Kej 3:15). Terjadilah siklus ekologis dimana manusia memangsa hewan dan sebaliknya
- Permusuhan manusia dengan alam (Kej 3:17-19). Manusia harus bekerja menaklukan alam yang telah kena kutuk
- Permusuhan manusia dengan manusia (Kej 4:1-16), Qayin membunuh Qabel.
- Perempuan melahirkan dengan kesakitan (Kej 3:16)
- Manusia mengalami kefanaan yaitu maut (Kej 3:19)
Rasul Paul
menjelaskan bahwa dosa mengakibatkan manusia kehilangan kemuliaan Tuhan
(Rm 3:23) dan upah dosa adalah maut (Rm 6:23). Dosa dan maut adalah
realitas yang dialami semua umat manusia. Tidak ada satupun manusia yang
tidak mengalami maut. Maut adalah upah dosa dan konsekwensi hilangnya
kemuliaan Tuhan dalam diri manusia. Semua manusia MEWARISI UPAH DOSA
yaitu kehilangan kemuliaan Tuhan, yaitu MAUT. Maut, bukanlah takdir
Tuhan melainkan buah dosa manusia.
Dalam
perspektif Kristen, dibedakan antara DOSA MULA-MULA (Original Sin) dan
DOSA PERBUATAN (Behaviour Sin). Dosa mula-mula dilakukan oleh Adan dan
Hawa. Sementara dosa perbuatan adalah turunan dari dosa mula-mula.
Darimana manusia bisa berbuat dosa perbuatan? Bukan karena Tuhan
menakdirkan dengan memberi kemampuan berbuat dosa pada manusia melainkan
akibat manusia pertama, Adam dan Hawa telah berbuat dosa maka potensi
dosa itu masuk dalam kehidupan keturunan Adam dan Hawa termasuk kita,
apapun agamanya.
Maka
seorang anak kecil berusia 7 tahun tidak perlu diajari berbohong, jika
dia memecahkan sebuah gelas tanpa sepengetahuan kita, dalam sejumlah
kasus ditemukan mereka berbohong dan mengatakan bukan mereka yang
memecahkan gelas, ketika ditanyai orang tuannya. Berbohong adalah dosa
perbuatan sebagai sebuah turunan dari potensi dosa yang telah masuk
dalam kehidupan manusia. Dan masih begitu banyak lagi dosa perbuatan
yang dapat kita daftarkan dalam kehidupan sehari-hari.
Qur’an pun menyitir soal kejatuhan Adam dan Hawa dalam dosa sebagaimana dikatakan:
“Dan
Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini,
dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang
kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu
termasuk orang-orang yang zalim. Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu
dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu!
sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat
kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan." Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang” (Qs 2:35-37)
“Kemudian
syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: "Hai Adam,
maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak
akan binasa?" Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah
bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan
daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia.
Kemudian Tuhannya memilihnya maka Dia menerima taubatnya dan
memberinya petunjuk. Allah berfirman: "Turunlah kamu berdua dari surga
bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka
jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang
mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka” (Qs 20:120-123).
Mengapa
mengutip ayat dalam Qur’an? Pengutipan ayat Qur’an dimaksudkan sebagai
pembanding fakta bahwa manusia pertama telah jatuh dalam dosa dan
kehilangan kemuliaan (sebagaimana diakui dalam Torah dan Qur’an)
sehingga tidak ada alasan bagi Muslim yang kerap menyangkal dosa asal
dan dampaknya yaitu kefanaan yang menghinggapi umat manusia semesta.
Sekalipun
ada perbedaan redaksional antara Torah (Kitab Kejadian) dan Quran
mengenai siapa yang digoda dan nama buah apa yang dimakan Adam dan Hawa
serta dimana Adam dan Hawa tinggal saat terjadi peristiwa kejatuhan
dalam dosa tersebut, namun kedua Kitab menyepakati beberapa hal berikut:
1. Adam dan Hawa BERDOSA
2. Adam dan Hawa MEMINTA PENGAMPUNAN TUHAN
3. Adam dan Hawa MENANGGUNG HUKUMAN TUHAN
Penghapusan Dosa
Bagaimana
Tuhan Yahweh mengatasi dosa yang masuk dalam dunia dan merusak hubungan
manusia dengan Tuhan dan alam semesta? Kejadian 3:15 menyatakan, “Aku
akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara
keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan
engkau akan meremukkan tumitnya".
Oleh para
Bapa Gereja (Church Fathers), ayat ini disebut sebagai PROTO EVANGGELIUM
atau Injil Mula-mula, karena di dalamnya dideklarasikan bahwa keturunan
manusia perempuan yang jatuh, akan melahirkan seorang anak yang akan
meremukkan kepala ular. Secara teologis, ayat ini menunjuk pada karya
Mesias yang mengalahkan maut sebagaimana dikatakan dalam 1 Korintus
15:25-26, ”Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai
(Tuhan) meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya. Musuh yang
terakhir, yang dibinasakan ialah maut”.
Namun
Secara universal, ayat ini merupakan suatu wewenang yang diberikan
kepada orang-orang yang telah mengalami penebusan di dalam kematian dan
kebangkitan Yesus Sang Mesias sebagaimana dikatakan oleh Rasul Paul
dalam Roma 16:20, “Semoga Tuhan, sumber damai sejahtera, segera akan
menghancurkan Shatan di bawah kakimu. Kasih karunia Yesus, Junjungan
Agung kita, menyertai kamu!”. Dan juga dikatakan dalam Wahyu 12:17, “Maka
marahlah naga itu kepada perempuan itu, lalu pergi memerangi
keturunannya yang lain, yang menuruti hukum-hukum Tuhan dan memiliki
kesaksian Yesus”. Tuhan Yahweh telah MENJANJIKAN Penebus atas manusia yang mengalami kutuk dosa yaitu maut.
Dan
manusia pertama yang jatuh dalam dosa, telah mengalami penebusan saat
itu. Darimana kita memperoleh fakta ini? Kejadian 3:17 melaporkan, “Dan
Yahweh Tuhan membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan
untuk isterinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka” (Kej 3:21). Kata
“pakaian dari kulit binatang” (Ibr: katnot o’r/Septuaginta: khitonas
dermatinous) menunjukkan adanya suatu hewan yang dikorbankan. Korban
adalah LAMBANG penebusan yang kelak akan dilakukan oleh Yahshua Sang
Mesias. Kulit hewan yang telah dikorbankan, dipakai menjadi pakaian atau
jubah yang menutupi ketelanjangan manusia.
Qur’an pun memberikan konformasi mengenai pengampunan Tuhan. Redaksional Qs 2:37 mengatakan, “Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya". Dan Qs 20:122, “Kemudian Tuhannya memilihnya maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk”. Orang yang bertobat artinya orang yang telah berdosa. Adam dan Hawa telah mengawali sebuah perbuatan berdosa.
Kalau
manusia pertama telah mengalami penebusan, mengapa Tuhan Yahweh masih
menjanjikan Penebus? Pertama, penebusan dengan menggunakan korban hewan
hanyalah temporal dan bayangan dari penebusan sejati yang akan dilakukan
oleh Yesus Sang Mesias (Ibr 10:1, 4, 11-12). Kedua, umat manusia akan
bertambah banyak dan bertambah banyak pulalah orang yang mengalami
kematian akibat dosa. Maka Tuhan memberikan Penebus sejati untuk
mengatasi dosa yang berujung pada maut, yaitu Yesus Sang Mesias. Mereka
yang menerima karya kematian dan kebangkitan Yesus dari maut untuk
menghapus dosa, maka beroleh penebusan dan kehidupan kekal.
Sampai di
sini, baik Torah, Injil dan Qur’an mulai bersimpangan menjelaskan
mengenai Penebusan. Sejak manusia pertama Adam dan Hawa terjatuh dalam
dosa, dan setelah Tuhan Yahweh memberikan contoh mengenai pengorbanan
hewan sebagai penghapus dosa, maka tradisi pengorbanan hewan menjadi
sebuah kebiasaan di Timur Tengah kuno. Bahkan Tuhan Yahweh mengatur
secara detail pengorbanan hewan tersebut dalam Torah (Kitab Imamat).
Dalam
perspektif iman Kristen, pengorbanan hewan dan penumpahan darah hewan
adalah bayangan dari wujud sejati yang akan datang yaitu Mesias yang
telah dijanjikan dalam Kejadian 3:15. Kitab Ibrani 10:1-4 dikatakan:
“Di
dalam Torah hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan
datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri. Karena itu
dengan korban yang sama, yang setiap tahun terus-menerus dipersembahkan,
Torah tidak mungkin menyempurnakan mereka yang datang mengambil bagian
di dalamnya. Sebab jika hal itu mungkin, pasti orang tidak
mempersembahkan korban lagi, sebab mereka yang melakukan ibadah itu
tidak sadar lagi akan dosa setelah disucikan sekali untuk
selama-lamanya. Tetapi justru oleh korban-korban itu setiap tahun orang
diperingatkan akan adanya dosa. Sebab tidak mungkin darah lembu jantan
atau darah domba jantan menghapuskan dosa”.
Wujud
sejati dari bayangan yang akan dan sudah datang itu adalah Yeshu
d’Meshikha/Yeshua ha Mashiakh/Yahshua ha Mashiakh/Iesous ho
Christos/Yesus Sang Mesias sebagaimana dikatakan dalam Ibrani 10:10-14
berikut ini:
“Dan
karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk
selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Sang Mesias. Selanjutnya
setiap imam melakukan tiap-tiap hari pelayanannya dan berulang-ulang
mempersembahkan korban yang sama, yang sama sekali tidak dapat
menghapuskan dosa. Tetapi Ia, setelah mempersembahkan hanya satu korban
saja karena dosa, Ia duduk untuk selama-lamanya di sebelah kanan Tuhan,
dan sekarang Ia hanya menantikan saatnya, di mana musuh-musuh-Nya akan
dijadikan tumpuan kaki-Nya. Sebab oleh satu korban saja Ia telah
menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan”
Pernyataan
dalam Kitab Ibrani tersebut menggemakan sabda Yesus Sang Mesias dalam
kesadaran dirinya yang mengemban tugas sebagai Mesias, Anak Tuhan yang
menyerahkan dirinya untuk menghapus KUTUK DOSA seluruh umat manusia
yaitu MAUT sebagaimana dikatakan:
“Dan
ketika mereka sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat,
memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya dan
berkata: "Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku." Sesudah itu Ia mengambil
cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata:
"Minumlah, kamu semua, dari cawan ini. Sebab inilah darah-Ku, darah
perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa” (Mat 26:26-28)
Sabda
Yesus di atas menepis dugaan dan tuduhan bahwa ajaran penghapusan dosa
(ini istilah yang lebih tepat tinimbang penebusan dosa) tidak berasal
dari Yesus Sang Mesias melainkan dogma Gereja atau penafsiran
murid-murid Yesus belakangan. Ajaran mengenai penghapusan dosa dan
penebusan kutuk dosa yaitu maut berasal dari sabda Yesus itu sendiri dan
memiliki latar belakang dalam Torah mengenai kejatuhan manusia.
Barangsiapa
percaya dan menerima Yesus Sang Mesias, Putra Tuhan, Sang Firman yang
nuzul dan menjadi manusia (Yoh 1:14) maka mereka akan dibebaskan dari
maut sebagaimana disabdakan Yesus sbb:
“Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan
percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan
tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam
hidup. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya saatnya akan tiba dan sudah
tiba, bahwa orang-orang mati akan mendengar suara Anak Tuhan, dan mereka
yang mendengarnya, akan hidup. Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup
dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup
dalam diri-Nya sendiri” (Yoh 5:24-26).
Tidak ada
satupun manusia yang dapat membebaskan dirinya dari kutuk dosa yaitu
maut. Semua manusia bahkan bayi sekalipun yang belum tahu berbuat dosa
perbuatan MEWARISI KUTUK DOSA yaitu MAUT. Semua manusia berpotensi
mengalami maut.
Maut tidak
bisa diatasi dengan perbuatan baik, ibadah, kesalehan, sedekah dll.
Maut hanya bisa dibebaskan oleh Tuhan sendiri Sang Pemiliki Kehidupan.
Dengan cara apa? Dengan cara mengutus Putra-Nya, Sang Firman menjadi
manusia untuk membebaskan dari kutuk dosa yaitu maut sebagaimana
dikatakan:
“Karena
begitu besar kasih Tuhan akan dunia ini, sehingga Ia telah
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya
kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh 3:16).
Pertanyaannya,
jika orang yang menerima Yesus Sang Mesias sebagai Anak Tuhan diyakini
akan terbebas dari maut/kematian, namun faktanya sampai hari ini
orang-orang Kristen/Nasrani masih mengalami kematian? Untuk menjawab
pertanyaan tersebut, kita simak sabda Yesus sbb:
“Jawab Yesus: ‘Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati” (Yoh 11:25)
Kematian
fisik adalah pintu mengalami kehidupan sejati, kehidupan kekal
sebagaimana dijanjikan Yesus Sang Mesias. Kehidupan kekal milik Tuhan
Yahweh telah dilimpahkan pula kepada Putra-Nya yaitu Yesus Sang Mesias
sebagaimana sabda Yesus, “Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam
diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam
diri-Nya sendiri” (Yoh 5:26)
Pengampunan Dosa Akibat Ketidaksempurnaan Manusia
Apakah
manusia yang telah mengalami penghapusan dosa dan penebusan dari kutuk
dosa melalui keimanan kepada karya pengorbanan Yesus Sang Mesias dan
Juruslamat, lalu kemudian tidak bisa berbuat dosa kembali dan menjadi
sempurna? Tidak! Manusia yang telah mengalami penebusan kutuk dosa
memang telah dijadikan manusia baru dan diberikan Roh Kudus yang akan
menuntun dia selalu dalam jalan yang benar sebagaimana konsekwensi
kehidupan baru sebagaimana dikatakan Rasul Paul sbb:
“Dan
Mesias telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak
lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan
telah dibangkitkan untuk mereka. Sebab itu kami tidak lagi menilai
seorang juga pun menurut ukuran manusia. Dan jika kami pernah menilai
Mesias menurut ukuran manusia, sekarang kami tidak lagi menilai-Nya
demikian. Jadi siapa yang ada di dalam Mesias, ia adalah ciptaan baru:
yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang” (2 Kor 5:15-17)
Namun
demikian, manusia tetap berpotensi berbuat kesalahan dan pelanggaran.
Oleh karenanya Yesus mengajarkan Doa Bapa Kami dimana salah satu frasa
berbunyi, “Ampunilah kami akan kesalahan kami, sebagaimana kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami” (Mat 6:12)
Demikianlah
pengkajian singkat mengenai konsep Iman Kristen mengenai Asal Usul Dosa
(Original Sin) dan Penghapusan Dosa serta Penebusan Kutuk Dosa yaitu
Maut. Kiranya kajian singkat ini memberikan pembukaan wawasan sekaligus
pintu hidayah untuk mengenai Yesus Sang Mesias (Yasu’a al Masih) yang
adalah Jalan, Kebenaran dan Hidup sebagaimana disabdakan Yesus sbb:
"Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yoh 14:6)
Teguh Hindarto
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhL3Uw7xXGHzHoUSc3Z1IqdNSbKAqTDbIIgW_2Fm0LPBYwagEB_e_cmghd2P-hDsBRVheKqNI2BxptDE4-b_jlPh2SqNBsMfzlDSlEJN_zFDjseNA3XefMBEZ7A-dJT1d5RicdbQfeP0Z0/s1600/images+(4).jpg)
Pada Lukas 24:44-47 Tuhan Yesus menjelaskan kepada murid-muridNya bahwa kebangkitanNya terjadi sesuai dengan firman Tuhan:
“Ia berkata kepada mereka: ‘Inilah perkataanKu yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur.’ Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. KataNya kepada mereka: ‘Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi: dalam namaNya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem.’”
Kita perhatikan bahwa kebangkitan Tuhan Yesus memang terjadi sesuai dengan firman Tuhan dan sesuai dengan rencana Tuhan. Apalagi pada 1 Korintus 15 Rasul Paulus menerangkan bahwa yang dimaksudkan ialah kebangkitan daging. Kalau kita kaitkan inkarnasi Tuhan Yesus atau penjelmaanNya menjadi manusia dengan fakta kebangkitanNya maka seperti ditegaskan oleh Paulus kita yang percaya kepadaNya mempunyai pengharapan tentang kebangkitan kita. Itulah rencana Tuhan dari semula untuk menanggapi konsekwensi dosa yang masuk dunia melalui Adam dan Hawa.
Kita perhatikan pula bahwa kebangkitan Tuhan Yesus ialah dasar adanya pengampunan dosa. Artinya tidak cukup apabila Tuhan Yesus mati di atas kayu salib manggantikan kita orang berdosa. Tuhan Yesus harus bangkit dari kuburNya supaya kita dapat menerima pengampunan dosa dan dengan demikian pendamaian dengan Tuhan. Cara kita menanggapinya ialah melalui pertobatan. Oleh karena itu Tuhan Yesus menyinggung bahwa berita tentang pertobatan dan pengampunan harus disampaikan kepada segala bangsa. Sehingga di dalam penginjilan kita harus ada penekanan pada pertobatan dan pengampunan dosa.
Sumber
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEheEa1e_aKlPfGj6mtaAknFRrELlGu4KNBsWmkBc5Npc-AlkJX1RtedOCAylWfB90N91VkoQRRs69TTtjqUMFP4hEEgAQ2vflesPyHBZvkaaNFq4kyAEajuhhe6_nKJatPSxj1QMZlMEp8/s1600/images+(11).jpg)
Ya Yesus, kedatanganMU adalah wujud nyata cinta Allah bagi kami untuk mengubah dunia yang penuh dengan kegelapan, menjadi terang. Perseteruan, penuh dengan lumuran dosa, perselisihan antara Allah dengan manusia, dan kematianMU adalah bukti kasih setiaMU pada kami manusia agar kami memperoleh hidup yang kekal, dan juga kebangkitanMU adalah bukti bahawa Engkau telah menyatakan kepada kami, bahwa kami telah dibangkitkan dari kematia oleh dossa sehingga kami memperoleh kehidupan yang kekal, Terimakasih Ya Yesus atas pengorbananMU, kami percaya bahwa Engkau adalah Juruslamat Dunia, Amin..
Edit by S.M
Tidak ada komentar:
Posting Komentar